babunegara works with microsoft forntpage

jjjjj

 

babunegara ngeblog!: Gak lucu atau mencobanya. Gak mutu atau maksain untuk itu. Bukan terobosan hebat karena blog ini hanyalah bukti saya lebih sering nganggur dibanding pegawai lain.

bangpay: Seorang anak, suami, kakak, sahabat dan rekan kerja. Tinggal dan bekerja di Ternate sebagai priyayi KORPRI di sini. Pecinta oblong, celana setengah tiang dan topi yang hidup bagai kecoa.

 

make|blog|not|war

 

profil bangpay

langganan pake RSS? (opo kuwi?)

 

 
 
Saturday, April 21, 2007
Eman-eman Wanita-nya Umar Kayam
Menyambut Hari Kartini, saya juga mau menuliskan tentang wanita. Namun berhubung akan sangat banyak orang yang menuliskannya, saya justru akan menuliskan salah satu esai milik Umar Kayam di buku Mangan Ora Mangan Kumpul yang merupakan kumpulan esai yang terbit mingguan di surat kabar Kedaulatan Rakyat.

Pengenalan singkat para tokoh akan saya buat seringkas mungkin. Umar Kayam yang diceritakan menjadi tokoh bernama Pak Ageng, mempunyai kitchen cabinet (begitu beliau menyebut keluarga yang membantunya untuk urusan pekerjaan rumah) yang terdiri dari Mister Rigen, Mrs. Nansiyem yang merupakan istri Mr. Rigen. Suami istri pembantu rumah tangga Pak Ageng ini diceritakan mempunyai anak bernama Beni Prakoso.

Silakan dibaca esai berjudul "Eman-eman Wanita" berikut ini. Mungkin ini postingan saya yang terpanjang. Harap sabar dan telaten.

Menunggu waktu makan siang pada hari Minggu kadang-kadang terasa amat panjangnya. Apalagi kalau tidak banyak yang kita lakukan pada waktu itu. Teve dengan acara rutin yang itu-itu saja, pekerjaan lemburan sedang kosong, utang penulisan makalah sudah lunas, tidak ada kawan yang datang untuk mengobrol. Maka sempurnalah kebosanan menguasai Minggu siang begitu.

Di dapur Ms. Nansiyem menggoreng tempe, Mr. Rigen sedang memarut kelapa, Beni Prakosa memetik daun bayem. Saya dapat menduga pastilah menu makan siang itu sayur bobor bayem, tempe goreng, sambel tempe bakar dan mungkin ayam goreng atau bandeng goreng. Hampir tidak mungkin mereka akan mencantumkan empal daging sapi pada siang itu. Wong tanggalnya sudah sangat tua bongkok, mana harga-harga di pasar sudah melangit. Melihat trio kitchen cabinet saya bekerja dengan rileks, terampil dan gembira begitu hati saya ikut senang juga. Apalagi suasana anatara mereka itu bolehnya rukun begitu, lho. Mongkok hati saya. Itu pertanda bahwa dari tubuh saya cukup kuat sinar wibawa, aura, yang mengayomi mereka memancar dengan kuatnya. Bukankah itu syarat utama bagi setiap orang yang ingin madeg menjadi raja yang baik?

"Kalian pasti sedang masak jangan bobor bayem. Dan tempe, dan sambel tempe bakar. Jangan lupa sambelnya diciprati minyak jlantah biar sedep dan gurih."

"Kok Bapak tepat sekali dugaannya, lho. Padahal pagi tadi Bapak tidak dawuh macam menu apa-apa, lho."

"Ya, apa susahnya nebak kalian masak pada tanggal tua begini. Kalian pasti tidak nggoreng empal to?"

"Wah, ketebak lagi, Pakne. Siang ini cuma nggoreng bandeng, kok, Pak."

"Nah, rak tenan! Ya sudah nggak papa. Asal jangan bobornya tidak kemanisan, sambel tempenya mlekoh jlantah-nya dan bandeng gorengnya kering."

"Sip, Pak Ageng. Siip." Dan si bedes cilik Beni Prakosa mengacung-acungkan jempolnya.

"Sip ki apa, Le?"

"Sip itu enak, Pak Ageng. Jangan bobol sip. Bandeng sip. Blongkos mboten sip."

Melihat Ms. Nansiyem cak-cek dengan terampilnya menggoreng tempe, menyaut sayuran lantas dicemplungkan ke dalam panci, menyaut lagi santan yang diperas suaminya dan keringat yang dleweran dari dahinya, sekali-kali menetes ke dalam lautan jangan bobor, tidak bisa lain bagi saya selain semangkin mengaguminya. Dapur memang wilayah kekuasaannya. Di situ dia dia menunjukkan wibawanya. Dan Mr. Rigen dan Beni Prakosa memang tak bisa lain selain menerima otoritas Ms. Nansiyem itu.

"Coba, Pak. Lari sebentar angkut jemuran itu. Kayaknya mau hujan itu."

Dan Mr. Rigen, direktur kitchen cabinet yang berwibawa itu, lari dengan tergopoh diikuti anaknya. Baru saja selesai melaksanakan tugas sang istri itu, datang lagi perintah yang lain.

"Cepat pergi ke Bu Arja, Pak. Beli lombok merah dan bawang merah buat nyambel. Beni nggak usah iku, di sini saja." Dan Beni yang sudah siap bonceng bapaknya mulai membik-membik mau nangis.

"Heisj, nggak usah nangis. Katanya sudah lebih tiga tahun!" Dan suara Ms. Nansiyem begitu berwibawa hingga tangis itu tidak jadi runtuh membasahi pipi anak kecil itu. Dan begitu Mr. Rigen datang, datang perintah berikutnya.

"Cepet ulek sambelnya, Pak. Tahu-tahu kok sudah siang, lho. Sida kapiran tenan, Bapak ini nanti."

Saya yang duduk di kursi rotan di gang dekat dapur merekam itu semua dengan asyik. Dalam bulan ini sudah dua hingga tiga kali saya terlibat dalam pembicaraan tentang hak asasi wanita, jam kerja wanita, upah wanita, tidak adilnya masyarakat memperlakukan wanita. Melihat gerak-gerik dan nada dan irama Ms. Nansiyem menguasai dunia perdapuran, suami dan anaknya, makalah yang bagaimana lagi yang bisa ditulis tentang wanita?

"Ms. Nansiyem!"
"Dalem, Pak!"
"Kowe tahu arti emansipasi wanita?"

"Apa, Pak?"

"E-man-si-pa-si wa-ni-ta."

"Oo, eman-eman wanito, to, Pak. Lha, ya sepantesnya dieman-eman to, Pak., tiyang wedok niku...."

"Heesy, Bune, Bune. Mbok kamu jangan keminter, sok pinter, gitu, to. Matur bares, terus terang, sama Pak Ageng. mBoten ngertos, Pak."

"Nah, rungokna, dengarkan baik-baik...."

Maka sebagai pembela hak asasi wanita, sebagai pengagum wanita, saya pun lantas menjelaskan apa makna emansipasi wanita itu. Pokoknya saya jelaskan kalau emansipasi itu artinya bebas dari belenggu penindasan. Penindasan siapa? Tentu penindasan suami, penindasan keluarga sendiri. Perempuan selalu disia-siakan, wong wedok disia-sia, diperlakukan tidak adil. Dan sebagainya lagi.

Selesai menjelaskannya begitu saja diam. Mengamati wajah trio anggota kitchen cabinet itu. Mereka menatap saya dengan wajah melongo. Mungkin sedang mencoba mencerna kuliah saya yang sangat bermutu dan canggih itu. Ah, mereka tidak menyadari bagaimana beruntung mereka punya majikan priyayi Korpri, elite birokrasi seperti saya. Tidak semua pembantu dapat privilese keistimewaan, mendengarkan kuliah yang begitu bukan? Kuliah yang akan membuat mereka batur-batur yang progresif dan berwawasan luas! Tiba-tiba seperti orang yang baru lepas dari hipnotis mata mereka membelalak melihat kepada wajan di kompor. Asap mengepul. Bau gosong.

"Matik aku, Pakne. Bandenge gosong, bandenge gosong. Cepet, cepet, angkat, Pakne. Minyaknya dibuang, wajane digrujug air!" Dengan sebat trio saya itu cak-cek membereskan krisis sebentar itu. Bau asap gosong memang masih terasa, tetapi suasana sudah mulai tenang kembali. Celaka, sedikitnya ada empat bandeng yang menjadi areng, gosong. Malam nanti makan apa?

"Pripun kalau begini, Pak."

"Lho, kok pripun?"

"Gara-gara Bapak ndongeng ngeman-eman (menyayangi) wanito bandengnya gosong sedaya. Bukan salah saya, bukan salah saya, Pak." saya tertegun melihat rasa bersalah menguasai wajah Ms. Nansiyem.

"Terus nanti malam Bapak harus dahar apa, coba? Tanggal tua anggarannya sudah menipis? Makanya kalo orang baru kerja itu, Bapak jangan ngganggu, to. Lenggah saja sing eca. Sudah, nanti malam manggil sate saja, nggih!"

Wah, di depanku bukan lagi Ms. Nansiyem anak buah Mr. Rigen dalam kitchen cabinet. Di depanku adalah Madam Rigen yang ambil inisiatif merigenkan semuanya. Dan kami yang ada di depannya manggut-manggut manut beliau belaka.

Eman-eman wanita, eman-eman wanita. Eman-eman bandenge gosong sedaya.... (sayang bandengnya gosong semua)

22 Desember 1987

NB: Seperti halnya salah satu episode film kartun Spongebob Squarepants, dimana terjadi perdebatan sengit tentang siapakah yang paling hebat antara hewan darat dengan hewan laut. Pada akhirnya akan sia-sia mendebatkan itu. Kenapa tak mencoba berjalan beriringan saja?

Lagian, ngeman-emani wanita yang kita sayangi kan suatu keistimewaan sendiri tho? Eman-eman kalo tidak di eman-emani!!! (Sayang kalo tidak disayangi)

Labels: , , ,


baca selengkapnya..

ditulis oleh bangpay @ 2:44 AM   11 komentar

Kisah Pembalut Masuk Freezer
Ketololan manusia memang seakan tak ada habisnya. Dalam urusan ketololan dan kebodohan, manusia bahkan makin intens berkreasi. Sampeyan lihat tho acara-acara di televisi? Makin tolol acaranya makin laku. Nggilani tenan. Karena saya juga nonton tivi dan melek dunia hiburan saat ini, maka ndak heran saya makin bego bin sontoloyo.

Ceritanya begini. Ini terjadi saat bini berkunjung ke ternate minggu lalu. Istri saya itu kalo kemana-mana selalu membawa pembalut wanita terutama di tanggal-tanggal suspect menstruasi. Jangankan bepergian jauh, ngantor saja beliau membawanya. Entah bagaimana ceritanya saat dia pergi ke ternate menyeberangi lautan dengan pesawat terbang kok ya dia ndak membawa pembalut cadangan.

Maka begitu sampai di ternate saya diberi mandat agar segera mengamankan stok logistik istri saya dengan mampir ke supermarket sehabis ngantor untuk membeli pembalut. Ada cerita lucu saat membeli pembalut itu. Mbak penjaga kasirnya kan kenal saya maka dia menggoda saya, mungkin beliau ndak tahu kalo saya sudah beristri sehingga heran ketika mendapati saya tengah membeli pembalut wanita dan lalu meledek saya.

"Lho mas ini kok beli pembalut wanita segala. Buat apaan mas?"


Lantaran saya lagi males dan sewot lantaran menderita penyakit lumpangen alias sariawan (yang kalau diucapkan oleh penderitanya akan menjadi "syariwawan") maka saya cuman menjawab sekenanya.

"Anu! Saya lagi demam... buat ngompres...."

Setibanya di rumah saya langsung menata belanjaan saya tadi karena selain membeli pembalut saya juga membeli minuman soda, margarin dan makanan kecil lainnya. Semua makanan dan minuman itu saya masukkan ke dalam kulkas.

Hari demi hari berlalu. Sampai kemarin sore baru geger. Bini saya yang tinggal dua hari lagi menghuni pulau ternate untuk lalu kembali ke gorontalo, mendapatkan menstruasinya. Tentu saja hal ini saya hadapi dengan senyum kecut.
Nganggur je!!

Dan istri saya lebih panik lagi karena tidak menemukan pembalut wanita yang saya beli tempo hari. Istri saya, menyadari kebodohan saya menduga kalo-kalo pembalut yang saya beli itu ikut dimasukkan ke dalam kulkas bersama belanjaan yang lain, namun saat diperiksa tetap tak ditemukan. Akhirnya pasrah menunggu saya pulang kantor.

Sepulangnya saya dari kantor saya ikut bingung karena tak juga menemukan pembalut laknat tersebut. Setelah nyerah mencarinya, saya bermaksud mengambil es batu untuk membuat membuat minuman sirup. Dan (tepuk tangan) saya menemukan pembalut jimat milik istri saya tersebut. Dan tak tangung-tanggung saya menemukannya di dalam
freezer!!!

Istri saya ngakak dan berujar: "Abang tanggung jawab kalo nanti muncul virus flu varian baru ya!!!!"

Labels: , ,


baca selengkapnya..

ditulis oleh bangpay @ 2:44 AM   16 komentar

Friday, April 20, 2007
Saya VS Uang Plastik
Siang itu sehabis bersantap siang, saya yang ngetem di meja kerja saya, dengan melipat tangan saya tidur-tidur ayam. Jam istirahat siang memang belum usai tapi tak ada tempat yang saya tuju sehingga meja adalah tempat yang senyaman ranjang di rumah. Orang kantor masih sepi hanya beberapa bujangan yang memang tak perlu pulang ke rumah -toh ndak ada yang menunggu- tengah bermain game di depan PC masing-masing.

Saya tengah bermimpi indah. Dalam mimpi itu saya tengah menlepon Tamara mBlezeki. Saya tengah menghiburnya di tengah kemelut keluarga yang ia hadapi. Tiba-tiba jaringan ponsel error. Suaranya terdengar jelas namun kayaknya suara saya tak bisa didengar oleh Tamara. Dia memanggil-manggil nama saya.


"Mas!!! Mas!!! Mas......."


Aaarrgghh.. Rupanya cuma mimpi. Saat membuka mata, bukannya Tamara yang membangunkan saya dengan suara 1 oktaf lebih melengking dari tukang minyak keliling. Namun seorang mbak-mbak berbaju rapi dan di tangannya penuh kertas brosur.

"Maaf, mas...! Maaf saya mengganggu sebentar"

Roh saya yang baru terkumpul setengahnya hanya memasang pandangan bengong sambil sibuk mengelap air liur saya yang kemana-mana. Lalu saya tanya ada apa sih kok tega mengganggu siesta saya kali ini.

"Mas, maaf... kok kantor sepi ya? Kebetulan saya dari Bank Kura-kura mau mengadakan promosi kartu kredit"

"Waduh mbak.. Jam segini ya pada pulang, setengah jam lagi baru pada datang!!"

"Oh! Kalo begitu saya tawarkan ke mas saja"

"Waduh! Bukannya apa-apa, mbak... saya ndak tertarik punya kartu kredit, soalnya hutang kok dibikin prestisius dan berkelas, kata ibu saya yang namanya hutang ya hutang."

"Lho Mas salah! Kartu kredit memang kalo sekilas mirip dengan hutang tapi dilihat dari kegunaannya akan sangat membantu mas, apalagi banyak barang yang di jual di toko yang akan mendapat potongan harga jika menggunakan kartu kredit kami."

Saya tahu itu. Lagian buat apa kejebak diskon jika kita tahu harganya sudah dinaikkan terlebih dahulu? Namun si mbak-mbak ini menjelaskan detil kegunaan kartu ATM seolah-olah saya ini monyet yang sedang dikenalkan dengan benda bernama celana. Saya cuman menangkap sedikit dari kata-katanya, maklum saya masih ngantuk.

Setelah lima belas menitan menjelaskan, mbak itu akhirnya melakukan penutupan dengan kalimat:

"Jadi gimana, mas? Mo aplikasi sekarang?"

"Eh... Opo? Aplikasi opo, mbak??"

"Kartu Kridit Mas...."

Saya lalu bercerita tentang konsumen sebenarnya sangat dicurangi dalam penghitungan bunga bank. Saya tahu akuntansi, saya tahu trik agar nominal suku bunga kecil namun kalo dilihat dari jumlah uang yang harus dibayar akan sangat besar. Ya, sekejam-kejamnya penipuan kan penipuan yang dimana si korban tak sadar kalo tengah ditipu.

Sebenarnya antipati saya terhadap uang plastik itu benar-benar menggelegak lantaran beberapa malam lalu menonton acara OPRAH yang edisi "America's Debt Diet". Dimana di situ diberikan trik dan nasehat untuk lepas dari jeratan hutang akibat kertu kredit.

Dasar tukang kecap, dalam lima menit si mbak dari bank tadi malah melongo mendengarkan saya yang mungkin sangat micara dan cas cis cus serta mungkin saja si mbak mbatin: "Oooo orang ini bukan monyet ternyata!"

Akuntansi moderen memang memungkinkan seseorang yang mempunyai hutang 1 miliar namun masih bisa mengakui bahwa dia mempunyai pendapatan lima juta per bulan. Dan dia masih bisa tampak borju bin klimis.

Akan halnya saya? Ratusan juta rakyat Endonesia belum pernah liburan ke Phuket, Thailand. Jutaan rakyat belum pernah makan mewah di hotel atau restoran mewah. Jutaan masih bingung dengan konsep uang plastik sampai ada yang mengira uang seratus ribuan yang berbahan plastik bergambar Bung Karno adalah langkah awal Endonesia mengenalkan uang plastik.

Sampeyan boleh saja bilang sudah pernah jalan-jalan keliling dunia. Atau punya mobil yang hanya ada 2 buah di Endonesia. Saya terima dengan lapang dada. Itu karena yang bernasib sama dengan saya lebih banyak dari orang-orang semacam anda.

Bolehlah sampeyan bergelar sebagai orang yang satu-satunya dalam hal ini itu. Saya mau beramai-ramai saja. Karena saya tak suka sendirian. Saya tak sudi kesepian. Jadi saya malah seneng kalo ketemu orang di jalan yang mempunyai kaus oblong yang sama dengan saya.

Ndeso beneran saya ini, ya??!!

Labels: , , ,


baca selengkapnya..

ditulis oleh bangpay @ 9:38 PM   1 komentar

Warung Padang "Ojo Lali"

Kemarin, ditemani junior saya, saya menyantap makan siang di sebuah warung makan yang cukup aneh. Kadar keanehan memang beda-beda bagi tiap orang tapi menurut saya hal ini cukup aneh sehingga harus saya masukkan ka dalam blog ndak jelas ini. Lagipula blog ini kan memang berisi hal-hal yang ndak jelas.



Jika sampeyan lihat gambar di atas ini dan bisa membaca kata demi kata yang tertera di spanduk milik warung makan yang saya maksud akan melihat betapa Endonesia sudah menjadi bangsa yang cukup toleran. Minimal di bidang kuliner kita sudah cukup toleran.

Ya bagaimana kami ndak tertegun di depan warung membaca tulisan "Warung Ojo Lali, Masakan Padang"? Wong biasanya warung padang itu bernama "bundo kanduang", "minang putra", "simpang tiga" atau lainnya. Lha ini kok bernama "Ojo Lali"???

Benarlah dugaan kami begitu kami memasuki warung tersebut langsung mendapat uluk-salam dari mas-mas yang menjaga di pintu depan dengan kalimat: "Monggo mas...". Jelas ini bukan orang padang.

Yang bikin heran adalah: Apakah masing-masing dari kita dibekali dengan aplikasi pengenalan wajah yang ber-output sangat SARA? Beberapa kali saya menjumpai kalimat seperti: "ini dilihat wajahnya pasti orang jawa" atau malah yang parah: "Kalo dilihat wajahnya sih paling bukan muslim..". Tapi untuk kali ini Mas yang menjaga warung "Ojo Lali" ini patut mendapat nilai seratus mengenali daerah asal kami.

Setelah duduk di salah satu meja, kami makin terheran-heran betapa dalam daftar menu tersebut telah terjadi kawin silang antara masakan padang dan masakan jawa. Ini tentunya bukan sembarang strategi marketing. Dimana diharapkan warung tersebut bisa menjaring penggemar dua jenis masakan sekaligus.

Dan yang paling menarik buat saya adalah di jajaran menu tersebut menyembul sebuah masakan yang saya sukai dan kangeni lantaran sangat jarang ada di ternate. Masakan yang di jawa disebut urap (kalo banyumas menyebutnya dengan kluban) ini setelah saya cicipi ternyata mak nyuss. Sangat mirip dengan masakan ibu saya.

Fuad, teman makan saya kali ini mulanya takut mencicipi urap tersebut akhirnya mau mencobanya setelah saya bilang bahwa masakannya khas jawa dan bukan dimasak dengan metode ternate. Sehingga cita rasa njawani-nya tetap terasa.

Akan halnya masakan padang yang disediakan, berdasarkan rendang yang saya makan, dapat disimpulkan masakannya sangat padang! Dan sambalnya bener-bener bikin tobat, tobat sambal tentunya!

Kawin silang di bidang kuliner sangatlah banyak. Di Ternate saja penjual martabak bandung dan bangka adalah orang-orang dari sumatra barat. Penjual masakan padang banyak yang ternyata berasal dari solo. Penjual coto makassar ternyata banyak yang berasal dari Lamongan atau Pasuruan.

Hal di atas mungkin tak begitu aneh buat sebagian orang, tapi kalo warung padang yang nekat memakai nama jawa, ini baru aneh!

Bagaimana di tempat sampeyan?

Gambar: diambil menggunakan kamera ponsel Motorola V3

Labels: ,


baca selengkapnya..

ditulis oleh bangpay @ 9:38 PM   8 komentar

Wednesday, April 18, 2007
Makin berat saja tanpamu, neng!
Kunjungan bini minggu lalu sangat memberi kesan yang mendalam buat saya. Jelas lah. Kapan lagi saya makan masakan bikinan dapur sendiri? Sudah dilayani urusan makanan tentu saja ada pelayanan khusus lainnya yang ehem ehem... Maksud saya ya ada yang nyiapin baju ngantor lah atau mbenerin atap yang bocor lantaran ketiup badai kemarin dulu.


Bini atau dalam bahasa jawa disebut dengan garwa yang merupakan singkatan dari sigaraning nyawa alias belahan jiwa ini memang bener-bener menyebalkan. Saat-saat saya bareng dia kemarin apa yang biasanya lumrah saya lakukan selama menjadi bujangan geografis kok ya salah melulu di mata beliau.

Contoh, kebiasaan leyeh-leyeh sehabis makan bener-bener dicoret dari kehidupan saya sebagai seorang sloth ganteng van ternate. Atau kebiasaan pipis di depan rumah menghadap langsung ke gunung gamalama jelas menjadi ritual yang haram untuk dilaksanakan atas nama penghormatan kepada bini.

Bangun kesiangan juga gak mungkin selain memang ndak baik dilihat dari sisi kinerja saya sebagai babunegara, bangun pagi membuat saya punya sedikit kesempatan buat yayang-yayangan dengan bini tho? Hehehehe...

Makan telat? Wooo kebiasaan jahiliyah itu jelas akan membuat bini saya njenggureng dan wajah manisnya akan berubah menjadi sedikit mirip farida pasha marah tanpa make-up khusus untuk perannya di sinetron mak lampir. Ya bini kan sudah capek-capek masak, mosok saya malah lelet dalam urusan makan?

Pokoknya bini bener-bener mengacaukan kebiasaan primitif saya. Tapi yang namanya bini, biarpun lagi capek kayak apa juga saya coba untuk selalu nurutin permintaannya keliling pulau ternate atau sekedar keliling kota dan ndeso ternate.

Setelah bini kembali ke gorontalo, baru terasa benar arti seorang bini. Garwa yang bisa juga berarti Manungaling sing sigar lan sing dawa (tak akan saya tulis terjemahan dalam bahasa indonesianya!! hehehe), biar cerewet, biar merepotkan, biar melelahkan dan kadang menjengkelkan, tapi begitu dia ndak ada weeeee sepine, rek!

Untuk kembali menikmati segala ritual jahiliyah macam leyeh-leyeh sehabis makan juga terasa ndak enak lagi. Tapi untuk mencoba melakukan kegiatan yang kemarin-kemarin dilakukan berdua dengan bini juga ndak semangat.

Apalagi untuk urusan yang satu itu, lucu kalo aneh-aneh di atas ranjang. Hahaha... (santai, pembaca blog ini kan kebanyakan sudah tuek-tuek atau yang masih muda tur jomblo, jadi aman!)

Kesan yang paling mendalam adalah: ternyata saya sangat mencintai istri saya!

NB: istriku, tadi sore aku ke pasar! seperti yang kemarin kita lakukan berdua. Tapi aku tak menemukan apa-apa yang akan kumasak, aku males lagi... Aku kangen masak bareng lagi!

Foto: Koleksi Pribadi

Labels: , ,


baca selengkapnya..

ditulis oleh bangpay @ 6:08 AM   13 komentar

Saturday, April 14, 2007
Buncitnya Saya dan IPDN

Walau telat tetap toh saya akan menulis menanggapi kasus yang lagi ramai di televisi dan media massa lain. Kasus IPDN memang ternyata bukan sembarang kasus. Bayangkan jika saat kasus itu merebak saya mencoba menghubungi salah seorang kenalan di sana lalu jawabannya adalah: "Plis, ojo takon sik yo.... Tunggu keadaan stabil dulu nanti baru kuceritain semuanya!"

Apa gak gawat kalo sampai begitu? Wong yang bikin Cliff Muntu mati ya bukan dia kok ya temen saya itu ketakutan? Segitu tingginyakah loyalitas para penghuni IPDN dari praja sampai para staf dan karyawannya??



Setelah kasus meninggalnya Cliff Muntu merebak, beberapa orang menanyakan pada saya lewat SMS tentang apakah kondisi sekolah kedinasan semuanya begitu? Salah satu penanya malah katanya punya adik yang sekolah yang khusus belajar tentang ikan tapi pake gaya militer, sehingga beliau bertanya apakah kampus saya dulu itu juga begitu...

Saya bingung bagaimana cara menjawabnya. Bukan lantaran ndak ada jawaban tapi biar jawabannya singkat padat dan jelas gitu loh! (penggunaan kosa kata "gitu loh" dimaksudkan agar pemilik blog terkesan gaul)

Lalu melihat kenyataan bahwa kebanyakan mahasiswa STAN mempunyai perubahan yang ekstrim semenjak kuliah menjadi manusia berperut besar, dan hal ini akan lebih ekstrim lagi saat masuk di dunia kerja maka saya jawab dengan kalimat:

"Ndak ada begituan di STAN kok. Buktinya perut kami pada buncit, wong ndak pake seragam press body apalagi push up! Dan di kampus kalo ada senior petantang petenteng mukulin orang lain (ndak harus junior) yo disikat saja... siapa takut?"

Saya menolak kekerasan berlebihan berkedok pendidikan dan pembelajaran. Saya menggunakan kata "kekerasan berlebihan" karena kadang untuk membentuk karakter memang dibutuhkan kekerasan. Itulah mengapa ibu saya memukul saya (pelan) dengan kemoceng jaman kecil dulu kalo saya males shalat.

Kekerasan di IPDN memang memilukan dan lebih lagi lantaran setelah hal itu terjadi ternyata bukannya membenahi diri tapi malah sibuk menutup diri.

Kalo ingat banyolan jaman kuliah dulu saya inget, mahasiswa STAN selalu ngeluh dengan kondisi kampus yang sangat meilukan. Wong bangku kuliahnya saja ada yang dari tahun 60-an. Jauh banget dibandingkan dengan kampus IPDN yang wah sekali itu. Dan anak STAN juga dikenal akrab dengan lingkungan sekitar, ndak heran kalo banyak yang lantas mendapat jodoh dengan penduduk sekitar.

Seorang kawan bilang: "Yo jelas... kampus kita kan pencetak calon pegawai keuangan, nah negeri kita kan miskin maka kampusnya harus mencirikan itu...."

Dulu saya pernah ingat kalo anggaran untuk kampus saya itu (tahun berapa ya, lupa) cuman lima miliar sedang STPDN saat itu jauh di atasnya. Makanya di STAN ndak heran lagi kalo jatah bukunya harus giliran dua orang satu buku. Kampus kere tenan...

Tapi ya itu... Saya kagum dengan penampilan praja-praja IPDN yang tegap dan kekar-kekar. Kalo almamater saya mah.. hehehehehe... jangan tanya! (makanya saya heran waktu ada teman yang bilang kalo pemukulan para praja junior itu salah satu manfaatnya adalah agar perutnya rata, PERLU DICOBA!!)

Labels: , ,


baca selengkapnya..

ditulis oleh bangpay @ 3:20 AM   26 komentar

Friday, April 13, 2007
Bujang Geografis Is Back!
Tentunya sedih merajai diri saya dan istri saya saat ini. Semoga gemuruh suara mesin pesawat yang saat ini tengah dinaiki istri saya mampu meredam gemuruh kesedihan di hatinya. Ya, lagi-lagi kami terpisahkan. Ruang dan waktu benar-benar menempatkan kami sebagai pecundang. Kalah dan selalu dikalahkan. Hari ini dengan pesawat merpati istri saya kembali ke pulau sulawesi. Hiks.

Tapi bukankah ini selebrasi cinta kami tho? Di tengah jutaan pasangan lain yang mangkin jenuh lantaran ketemuan terus sampe merasa enek, kami mungkin pasangan yang beruntung lantaran masih dipisahkan laut. Ya, ini merupakan uji kepandaian kami dalam bersyukur.

Banyak cinta untuk saya dari istri saya. Dua minggu dia tunjukan semua itu. Cintanya bukan cinta yang berkobar-kobar bagai api yang merusak, tapi membara yang menghangatkan. Pelan tapi punya tujuan.

Cinta. Kami masih punya itu. Bukan hal yang baru tho jika di Endonesia ada suami yang membakar istrinya padahal baru sebulan menikah misalnya. Tapi kami masih punya cinta dan kesabaran. Dan itu hal yang indah.

Jangan menangis lagi istriku. Aku masih ada. Dan terima kasih atas segalanya. Kini, aku kembali ngeblog. Bacalah!!!!

Apa kabar semuanya????

Labels: , ,


baca selengkapnya..

ditulis oleh bangpay @ 9:20 PM   9 komentar

Wednesday, April 04, 2007
LIBUR LEMBUR-LEMBURAN NGANTOR
Berhubung istri saya lagi berkunjung ke ternate, maka untuk sementara saya ndak bisa ngeblog. Sibuk! Halah.....

Maklum... saya ngeblog kan menggunakan fasilitas ngantor dan dilakukan hanya diluar jam ngantor. Jadi ndak bisa no kalo saya harus nongkrong di kantor malam-malam sementara bini nungguin di rumah. Mohon dimengerti...

Salam. (senyum kemenangan)

Labels: , ,


baca selengkapnya..

ditulis oleh bangpay @ 11:44 PM   12 komentar

HALAMAN|DEPAN

 

TEMPAT|CUAP-CUAP

 

nama :
rumah :
omongan :
 
:) :( :D :p :(( :)) :x

TULISAN|SEBELUMNYA

ARSIP|LAMA

 

 

 

| Pengunjung | Feeds | Technorati | Oggix | Photobucket | Imageshack.Us | Kampungblog | Blogger | Blogfam | RSS | Kelakuan |

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia