| Sunday, July 15, 2007 |
|
Bini: "Kok gak ngeblog? Sibuk pacaran lagi ya?" |
Oke, saya memang lama sekali ndak ngeblog di sana-sini. Maksud saya, selain ndak ngeblog di internet, saya juga absen ngeblog di intranet instansi kantor saya. Sibuk sih enggak, tapi sibuuuuuuuuuuuuuk banget iya!
Belakangan bini juga nanyain kenapa ndak ada postingan baru. Lha saya kan ngungun alias bingung, wong ya komunikasi lewat ponsel lancar kok masih butuh jlentrehan abab saya dalam bentuk tulisan di blog?
Ternyata alasannya simpel. Kalo SMS atau nelpon saya ndak akan bisa ngeluarin kata-kata ndakik-ndakik tinggi apalagi romantis. Wong meski suami-istri kami ini punya julukan masing-masing yang hangudubilah noraknya. Panggilan kambing dan monyet kan gak ada romantis-romantisnya tho??
Oke saya ngeblog lagi.
Selain karena kesibukan saya juga lantaran jaringan internet yang belakangan susah sekali saya dapati. Sibuk apa sih saya?
Saya dan bala kurawa saya membentuk tim khusus yang terdiri dari para bujangan ataupun bujang geografis mempersiapkan moderenisasi kantor saya. Ke depan, secara bertahap semua kantor instansi saya bekerja akan ada embel-embel moderen. Dus kantor saya yang sekarang ini masih kantor tradisional.
Kenapa dipilih tim yang anggotanya bujang? Hal ini dilakukan karena kepraktisan saja. Ndak ada urusannya dengan gender lho ya, mbak? Sudah seminggu ini saya tinggal di kantor mengerjakan beberapa agenda menyambut persiapan moderenisasi tersebut. Bukan hal yang gampang.
Memaparkan data ternyata tak semudah yang saya bayangkan masa kuliah atau SMA dulu. Misalnya, jika saya seorang kepala desa lalu disuruh ngitung jumlah penduduk miskin selama beliau bertahta harusnya kan gampang saja tho? Tapi prakteknya ndak demikian. Ada etika birokrasi. Ini sih bisa-bisanya saya saja ngelambe dengan kata: etika birokrasi!
Nah, sebagai pembantu lurah saya harus memperhitungkan data yang akan saya paparkan nantinya tidak akan membuat Pak Camat marah ataupun Pak Bupati tiwikrama ngamuk kebakaran jenggot. Dus artinya saya harus membuat data tersebut nampak cantik.
Kata cantik di sini berarti jumlah orang miskinnya harus sesedikit mungkin. Namun tak selesai sampai disitu. saya juga harus memperhitungkan bahwa angka yang sedikit itu harus sudah termasuk angka fiktif yang nantinya akan menambah kantung harta Pak Lurah dari Tunjangan Beras Miskin. Itu baru satu contoh.
Namun saya bukan pegawai kelurahan. Silakan imajinasikan sendiri kira-kira kesulitan apa yang dihadapi oleh petugas pajak bodoh macam saya!
Eh sudah baca ini? Alhamdulillah akhirnya tunjangan kami naik. Banyak yang protes dan yang setuju tentunya cuman kami-kami ini. Yang protes tentu saja terlalu terbiasa melihat pegawai departemen keuangan apalagi pegawai pajak yang hidup serba mewah. Padahal di kantor saya jangankan mobil, wong sepeda motor dinas saja pada berebutan lho.
Artinya, nggak semua pegawai depkeu itu tajir! Bahkan saya sendiri sering nunggak mbayar listrik dan kontrakan. Begitu juga dengan pengalaman temen-temen sejawat saya di kota-kota lain. Ya buat kami-kami ini yang bersedia bekerja mengabdi di luar kota-kota besar sak-Endonesia tentunya kurang menarik buat para orang tua untuk dijadikan mantu.
Entah kemana saat ini kesan bahwa mendapat menantu Pegawai Pemda lebih baik nasibnya dari pegawai Depkeu. Hahahaha.. jika kawan saya yang barusan gagal nikah gara-gara masalah di atas mbaca ini, kacaulah saya!
Lalu apa timbal balik dari moderenisasi yang otomatis dibarengi dengan penambahan penghasilan? Harapannya sih profesionalisme dan kebersihan di tempat kerja. Ya beberapa teman di kantor moderen sering mengeluh karena semenjak beralih ke sistem moderen, mereka ndak bisa lagi memeras Wajib Pajak!
Komentar saya cuman: "Hah? Orang macam anda ternyata rakus uang juga?? Waduh!!". Lalu saya dapati rumah mewah rekan sejawat saya itu, mobil-mobilnya dan barang-barang lain yang tak saya miliki. Itu takkan bisa dia beli dengan gajinya seumur hidup. tapi dia bisa.
Lain lagi dengan teman saya yang justru sedikit mendapat hidayah (tanpa nonton sinetron Hidayah) lantaran masuk ke kantor moderen. Dia pernah sms: "kalo dengan penghasilan segini mah gue gak perlu nyari dari Wajib Pajak!!!". Lumayan positif-lah...
Saya percaya, bahwa sekeren apapun sistem dibuat oleh manusia tentunya ada loophole yang dimana akan tetap saja bisa menjadi celah bagi oknum yang kurang bertanggung jawab untuk melawan sistem. Itu lain soal... Toh ada sanksi dan punishment. Soal nanti sanksi jarang ditegakkan itu juga lain soal lagi.
Ya hidup memang tak hanya hitam dan putih saja. Ada banyak warna dan nuansa. Dan saya, insya Allah, akan tetap berusaha semeleh berserah diri dengan segala Ketetapan Gusti Kang Murbeng Dumadi, Allah SWT! Aamiin....
Jadi tidak ngeblognya saya lebih karena kesibukan atau jaringan internet yang tidak mendukung. Bukan lantaran punya pacar baru!!!!
Labels: bini, blog, cinta, hukum, moderen, pemerintah, sawang-sinawang hidup, sugih tanpa banda
baca selengkapnya..
|
|
ditulis oleh
bangpay
@ 10:11 AM  |
|
|
|
| Saturday, April 14, 2007 |
|
Buncitnya Saya dan IPDN |
Walau telat tetap toh saya akan menulis menanggapi kasus yang lagi ramai di televisi dan media massa lain. Kasus IPDN memang ternyata bukan sembarang kasus. Bayangkan jika saat kasus itu merebak saya mencoba menghubungi salah seorang kenalan di sana lalu jawabannya adalah: "Plis, ojo takon sik yo.... Tunggu keadaan stabil dulu nanti baru kuceritain semuanya!" Apa gak gawat kalo sampai begitu? Wong yang bikin Cliff Muntu mati ya bukan dia kok ya temen saya itu ketakutan? Segitu tingginyakah loyalitas para penghuni IPDN dari praja sampai para staf dan karyawannya??

Setelah kasus meninggalnya Cliff Muntu merebak, beberapa orang menanyakan pada saya lewat SMS tentang apakah kondisi sekolah kedinasan semuanya begitu? Salah satu penanya malah katanya punya adik yang sekolah yang khusus belajar tentang ikan tapi pake gaya militer, sehingga beliau bertanya apakah kampus saya dulu itu juga begitu... Saya bingung bagaimana cara menjawabnya. Bukan lantaran ndak ada jawaban tapi biar jawabannya singkat padat dan jelas gitu loh! (penggunaan kosa kata "gitu loh" dimaksudkan agar pemilik blog terkesan gaul) Lalu melihat kenyataan bahwa kebanyakan mahasiswa STAN mempunyai perubahan yang ekstrim semenjak kuliah menjadi manusia berperut besar, dan hal ini akan lebih ekstrim lagi saat masuk di dunia kerja maka saya jawab dengan kalimat: "Ndak ada begituan di STAN kok. Buktinya perut kami pada buncit, wong ndak pake seragam press body apalagi push up! Dan di kampus kalo ada senior petantang petenteng mukulin orang lain (ndak harus junior) yo disikat saja... siapa takut?" Saya menolak kekerasan berlebihan berkedok pendidikan dan pembelajaran. Saya menggunakan kata "kekerasan berlebihan" karena kadang untuk membentuk karakter memang dibutuhkan kekerasan. Itulah mengapa ibu saya memukul saya (pelan) dengan kemoceng jaman kecil dulu kalo saya males shalat. Kekerasan di IPDN memang memilukan dan lebih lagi lantaran setelah hal itu terjadi ternyata bukannya membenahi diri tapi malah sibuk menutup diri. Kalo ingat banyolan jaman kuliah dulu saya inget, mahasiswa STAN selalu ngeluh dengan kondisi kampus yang sangat meilukan. Wong bangku kuliahnya saja ada yang dari tahun 60-an. Jauh banget dibandingkan dengan kampus IPDN yang wah sekali itu. Dan anak STAN juga dikenal akrab dengan lingkungan sekitar, ndak heran kalo banyak yang lantas mendapat jodoh dengan penduduk sekitar. Seorang kawan bilang: "Yo jelas... kampus kita kan pencetak calon pegawai keuangan, nah negeri kita kan miskin maka kampusnya harus mencirikan itu...." Dulu saya pernah ingat kalo anggaran untuk kampus saya itu (tahun berapa ya, lupa) cuman lima miliar sedang STPDN saat itu jauh di atasnya. Makanya di STAN ndak heran lagi kalo jatah bukunya harus giliran dua orang satu buku. Kampus kere tenan... Tapi ya itu... Saya kagum dengan penampilan praja-praja IPDN yang tegap dan kekar-kekar. Kalo almamater saya mah.. hehehehehe... jangan tanya! (makanya saya heran waktu ada teman yang bilang kalo pemukulan para praja junior itu salah satu manfaatnya adalah agar perutnya rata, PERLU DICOBA!!) Labels: hukum, pemerintah, sawang-sinawang hidup
baca selengkapnya..
|
|
ditulis oleh
bangpay
@ 3:20 AM  |
|
|
|
| Saturday, March 31, 2007 |
|
Hidup ini ya cuman adu kuasa |
Hari jumat kemarin saya chat dengan seorang kenalan yang bekerja satu instansi dengan saya namun beliau ada di pulau jawa yang konon gemah ripah loh jinawi itu. Awalnya sebatas mbahas kesibukan masing-masing berhubung sekarang kantor kami sama-sama sibuk menyambut pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Masa Pajak 2006. Tapi chat itu berakhir keruh.
Kekeruhan itu dimulai saat saya mbahas tentang kelakuan orang-orang kantor saya yang sebenarnya berseberangan dengan idealisme saya namun toh saya merasa berkewajiban membela mereka lantaran kata-kata teman chat saya itu keterlaluan.
Saya: "Mas, kalo disana banyak dukun gak?"
Dia: "Maksudmu pegawai pajak yang buka praktek jadi konsultan pajak gelap yang tugasnya membuat Laporan Pajaknya Wajib Pajak gitu?"
Saya: "Ya...."
Dia: "Wah!! Disini sedikit, selain malu dan gak profesional juga ngapain begituan sih? Toh duitnya gak seberapa... Kalo di situ gimana, Pi'i?"
Saya: "Banyak, mas... malahan hampir semuanya..."
Obrolan lalu bertambah sengak.
Dia: "Weh kok orang-orang kantormu pada rakus semua? Apa ndak cukup sabetan dari yang lain-lain?"
Saya: "Wah setahu saya sih dibandingin kantornya mas disini amat teramat jarang yang bisa disabet."
Dia: "Mosok sih?"
Saya : "Betul... lha dibanding betawi kayak kantor sampeyan, ternate itu kan ndak ada apa-apanya tho? Mau nyabet sekelas kantor sampeyan? Wooooo..."
Obrolan makin memanas.
Dia: "ya ndak, aku heran saja wong disana ya kebutuhan kan ndak begitu banyak macemnya, paling-paling cuman kebutuhan pokok saja. Lha katamu ndak ada mall, hipermarket lho... Jadi penduduk ternate ya ndak punya kebutuhan akan entertainment terlalu banyak dibanding penduduk jakarta."
Saya: "Weh! Apa bener sih orang jakarta mikirnya begitu doank? Tiap ada pejabat betawi kesini komentarnya selalu begitu. Memang ndak ada mall, memang ndak ada kafe-kafe mewah atau apalah buat nongkrong buang duit tapi mereka selalu tutup mata saat dikasih tahu kalo harga kacang panjang itu seribu rupiah per batangnya! Jadi biasanya satu ikat kacang panjang berharga lima ribu rupiah dan hanya berisi lima batang!!!!"
Dia: "Pokoknya orang-orang kantormu sontoloyo!"
 Ya, seorang koruptor akan mentertawai pencuri ponsel yang dimassa lantaran ketahuan tho? Seperti halnya cowok ganteng yang naksir wanita yang sudah punya pasangan akan menggunakan tag line: "ayolah, apa saya kurang ganteng? kurang apa saya dibanding dg pacarmu sekarang?"
Sampeyan demen acara empat matanya Tukul Arwana? Mas Yayan pernah mbahas, jangan-jangan itu arogansi kita lantaran dalam hati merasa: wah ada juga orang yang lebih jelek dari kita, dan harus jual kejelekan sedemikian rupa untuk makan.
Kita hanya bisa ngece, ngece dan ngece. Tukul dalam mengisi acaranya yo cuman diisi dengan umpatan terselubung. Memang baik kalo dilihat dari sudut pandang orang kecil bisa juga ngerasani yang lebih mapan. Tapi yang nonton acaranya tukul ya bukan cuma orang kecil. Orang kecil ngumpat sekali, orang gede ngumpat dua kali dengan kualitas dua level di atasnya.
Jadi, jangan heran! Takutnya jika ternyata orang yang pada korupsi gede-gedean itu sebenarnya takut kalo korupsi kecil-kecilan akan dihina koruptor yang lebih kakap. Gengsi donk??!! Pada akhirnya menghina saja akan membentuk mata rantai yang mirip birokrasi.
Hehehe... dengan begini banyak juga ya yang bisa saya hina semena-mena!!! Puas? Puas? Puas?
NB: Gambar diambil dari sini
Labels: hukum, pemerintah, sawang-sinawang hidup
baca selengkapnya..
|
|
ditulis oleh
bangpay
@ 4:32 PM  |
|
|
|
|
|
You Said You Want a Revolution? |
Tidak ada yang lucu dengan mengintimidasi secara fisik ibu-ibu dan anak-anak. Saat saya berbicara dengan nada tinggi saja istri saya sering takut kalo-kalo suami tercintanya ini marah, apalagi dengan pentungan kayu memecah kaca kendaraan?
Seusai melihat berita di TV, gerah rasanya membaca ini, ini, dan juga ini... Piye, le??? You say you want a revolution Well you know we all want to change the world You tell me that it's evolution Well you know We all want to change the world But when you talk about destruction Don't you know you can count me out, Don't you know it's gonna be alright Alright Alright
You say you got a real solution Well you know we'd all love to see the plan You ask me for a contribution Well you know We're all doing what we can If you want money for people with minds that hate All I can tell you is brother you have to wait Don't you know it's gonna be alright Alright Alright
You say you'll change the constitution Well you know
we'd all love to change your head You tell me it's the institution Well you know You better free your mind instead .......................................
NB:- Lirik Lagu Revolution milik The Beatles diambil dari sini- Foto diambil dari sini Labels: hukum, sawang-sinawang hidup
baca selengkapnya..
|
|
ditulis oleh
bangpay
@ 8:18 AM  |
|
|
|
|
|
Makhluk Sialan Bernama Birokrasi |
Banyak sekali yang bertanya kenapa pula istri saya tidak pindah saja ke ternate menemani saya. Jujur, lama-lama pertanyaan itu menjadi semacam intimidasi buat saya. Mungkin buat kawan-kawan saya ada yang mulai berpikir bahwa sebenarnya istri saya itu ndak pingin pindah ke ternate lantaran terlalu terpencil. Tidak, bukan itu.
Mari kita bicara tentang birokrasi. Bicara tentang usaha memindahkan istri saya artinya harus berbicara tentang birokrasi. Istri saya juga seorang PNS. Dus, harus melewati birokrasi untuk mengurus surat kepindahannya mengikuti saya. Dan itu tak mudah, sodara-sodara. Harusnya sih mudah, apalagi secara teori.
Kemarin istri saya nangis sesenggukan mengadu kelakuan orang-orang yang dikenalnya secara pribadi yang telah keterlaluan merobek-robek kepercayaan istri saya itu.
Ceritanya banyak, yang paling up-to-date adalah ketika istri saya (sekali lagi) mengurus kepindahannya. Konon berkas-berkas itu harus dikirim ke jakarta. Saat dia hendak mengirimnya melalui jasa pengiriman barang agar cepat sampai, salah satu BOS-kecilnya bilang:
"titipkan saja padaku agar berkas itu bisa lebih cepat sampai ke betawi karena daku juga hendak pergi kesana ada urusan dinas??"
Istri saya langsung setuju, toh bapak itu baik. Yang terjadi kemudian adalah setelah hari itu berlalu sekian lama, istri saya bingung lantaran belum ada kabar pindah juga. Ternyata berkas-berkas yang sedianya dititipkan masih ada di laci BOS kecilnya itu. Dan tak ada penyesalan apalagi permintaan maaf dari beliau setau saya.
Tak banyak alasan yang bisa dipakai bagi seorang PNS untuk pindah tempat kerja diluar mutasi regulernya. Lain jika kita bicara PNS pemda, saya tak tahu terlalu banyak soal itu. Tapi tentang PNS pusat macam saya, mutasi istri dengan alasan ikut suami bertugas adalah hak yang wajar. Ndak ada yang aneh dengan itu.
Beberapa hari lalu konon di tingkat kanwil manado, SK mutasi istri saya tinggal ditandatangani. Lumayan lega mendengar kabar itu. Ternyata, wooo semprul! Bagian kepegawaian berujar gak jelas bahwa istri saya harus nunggu ada pegawai dari ternate yang mau pindah ke gorontalo dulu agar bisa terjadi pertukaran pegawai.
Busyet!!! Ini mutasi pegawai bung! Bukan pertukaran pelajar!!!!
Teman saya bertanya, apakah hal ini terjadi lantaran tidak ada uang di dalam berkas istri saya? Saya katakan: "Iya, tak ada uang sabun, uang rokok atau uang apapun!"
Maklum, saya dan istri saya ini suka sok anti KKN sehingga berprinsip: "Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, dan mulai sekarang". Ya, saya lebih iklhas kepindahan istri saya tertunda jika alasan penyebab itu semua adalah karena saya dan istri saya tak memberi uang rokok atau uang pelicin!
Serumit inikah birokrasi kelas coro di Endonesia??? Sampeyan tentu tahu, bikin KTP saja rumit. Apa-apa kok dibikin susah, pantas saja Endonesia susah sukses....
Saya jadi inget film Hitchhiker's Guide To The Galaxy di situ ada tokoh ras alien bernama bangsa Vogon yang dijabarkan dengan sifat sangat birokratis. Dalam film bahkan dijelaskan seberapa birokratis mereka dengan kalimat:
Vogons. They are one of the most unpleasant races in the galaxy. Not actually evil, but bad-tempered, bureaucratic, officious, and callous. They wouldn't even lift a finger to save their own grandmothers from the ravenous Bug-Blatter Beast of Traal without orders signed in triplicate, sent in, sent back, lost, found again, queried, subjected to public inquiry, lost and finally buried in soft peat for three months and recycled as firelighter. On no account should you allow a Vogon to read poetry to you.
Saya cuman bisa senyum kecut membayangkan hari-hari saya yang akan lebih panjang, gersang dan sepi tanpa istri saya. Setan alas tenan!!!
Seorang kawan lagi berujar:
"Ayolah... dengan friend circle-mu mosok kamu ndak bisa nelpon betawi buat ngasih pelajaran ke orang sialan di kepegawaian itu???"
Tidak. Saya tak mau... biar saja. Anggap saja orang itu sedang menghalangi seorang istri yang hendak menemani suaminya, mengabdi padanya, dan menjadi makmum dalam setiap shalat suaminya. Sampeyan tahu, pejabat mana yang berhak menghukum orang itu tho???
Buat istriku, sabar... sabar.... Ojo nangis terus....
Gambar marvin diambil dari sini
Labels: bini, cinta, hukum, pemerintah, sawang-sinawang hidup
baca selengkapnya..
|
|
ditulis oleh
bangpay
@ 8:18 AM  |
|
|
|
| Saturday, February 24, 2007 |
|
Untung saya bukan ahli apa-apa |
Setelah minggu kemarin kantor saya menghadapi mas-mas BPK yang lagi meriksa pengadaan barang di kantor saya yaitu pembangunan gedung baru berlantai empat (tahap I) dan satu lantai lagi untuk lantai 5 (tahap II) yang nilainya kalo ditotal jendreal ngawur-awuran akan berjumlah 8 miliar lebih, saya jadi ngungun dengan kejadian di pusat ini.
Ya saya memang ndak megang ijazah sertifikasi pengadaan barang dan jasa namun saya masih berhak menjadi panitia tender sampai akhir tahun ini lantaran sudah pernah ikut diklatnya. Dan berbekal Keppres 80 tahun 2003 yang sudah direvisi 4 kali itu saya tahu bahwa yang namanya penunjukan langsung dalam pengadaan barang di lingkungan pemerintahan itu TIDAK DOSA!
Masalahnya belakangan media memberitakan dan membentuk opini publik bahwa KPK memeriksa Yuzril lantaran penunjukan langsungnya bukan lantaran dugaan adanya kerugian negara.
Tidak dosa disini tentu jika penunjukan langsung (PL) itu sesuai syarat dan peraturan yang ada. Saya kutip ya:
"Metoda evaluasi penunjukan langsung adalah evaluasi terhadap hanya satu penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitas teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar setelah dilakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya." (Pasal 24 ayat 6 Keprres 80)
Dan berdasar PP Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, penujukan langsung pengadaan barang dan jasa diperbolehkan dalam kondisi:
a. Keadaan tertentu: penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/ harus dilakukan segera. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya hanya satu-satunya. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden pekerjaan yang berskala kecil, dengan ketentuan:
untuk keperluan sendiri; mempunyai resiko kecil; menggunakan teknologi sederhana; dan atau dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha perseorangan dan badan usaha kecil
dan atau b. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak lain yang telah mendapat ijin. (Sumber: PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pasal 12) Jadi (sodara-sodara!) asalkan semua syarat di atas terpenuhi dan memang tidak mengada-ada, maka pengadaan barang/ jasa di lingkup pemerintahan adalah hal yang wajar. Tulisan ini didesikasikan buat seorang kawan yang jauh di sumatra sana yang panik lantaran kantornya mo diperiksa trus bingung lantaran di kantornya ada penunjukan langsung dalam pengadaan barang/ jasa. "Anu, pi'i.... Yuzril saja yang ahli hukum kena masalah gara-gara penujukan langsung... opo meneh aku??" kata beliau. Kalo urusan di mbetawi itu mah lain... Misalnya saya jualan beras di pasar, trus ada yang menduga saya ngurangin jumlah timbangan saya. Lha penjual beras yang dagang disebelah saya protes dan teriak-teriak: "why you ngurangin the timbangan of beras which for sale, pi'i??" Nah lantaran saya dikenal pinter di pasar maka saya jawab balik: "Lha you juga jualan beras tho???" Seolah-olah ngurangin timbangan beras dan jualan beras adalah hal yang sama.... Dan untung kepala pasar tempat dimana om yuz jualan itu sangat cinta damai... Salamanlah... Negeri yang elok tho???
Labels: ahli, hukum, pengadaan barang
baca selengkapnya..
|
|
ditulis oleh
bangpay
@ 2:06 AM  |
|
|
|
|
|