Monday, August 28, 2006 |
Pi'i bicara budaya |
Saudara-saudara saya yang saya hormati, berhubung hari semakin siang dan panasnya cuman beberapa level dari kompor tukang goreng, maka saya berjanji ndak akan lama-lama dalam berbicara. Lagipula apalah artinya orang macam saya (yang notabene cuman sampeyan2 ini yang nyebut saya sebagai budayawan) bicara banyak tentang budaya?
Ndak perlu saya ngomong banyak tentang definisi tentang budaya, namun seperti yang saudara-saudara tahu, budaya itu hasil kreasi manusia. Okelah sampeyan bilang (dan memang benar) bahwa semuanya kan ciptaan Tuhan, namun yang saya maksud disini adalah pakemnya. Tentang bagaimana cara sebuah kebudayaan dilakukan itu adalah menurut udelnya manusia semata. (jadi budaya itu bukan sebuah religi). Tentang kalo main ebeg itu pake kuda-kudaan yang lalu dinamakan kuda lumping.
Padahal kan bisa tho pake sepeda motor tiruan? Namun tentunya akan ketahuan kalo budaya sepeda motor lumping bukan budaya nenek moyang lantaran sepeda motor belum begitu lama dikenal di endonesah. Namun kemungkinan akan munculnya budaya sepeda montor lumping tetap ada, ini namanya kebudayaan turunan.
Apakah ada kebudayaan turunan? Wah sebenarnya dimana-mana ada... wong sebenarnya kebudayaan moderen kan perkembangan/ turunan dari budaya lama. Sampeyan tahu campursari yang sering sampeyan sebut budayanya orang jawa? Lha tahun 80-an kan belum ada itu... Lagian jaman ronggowarsito kan belum ada organ ataupun gitar elektrik!
Mau kemana sebenarnya saya bicara ini?
Biarlah generasi muda ini yang peduli dengan kebudayaan bangsanya bebas mengekspresikan kebudayaan dengan versi mereka. Jangan yang muda bikin acara besar bertema festival kebudayaan lalu para orang tua cuman datang dan mencibir sana-sini. Wah... nak bukan begitu.. yang sesuai pakem tuh gini lho... Atau "wah... kualat kamu nari tarian Pi'i gandrung kok begitu.."
Nah kalo orang-orang tua semuanya begitu bagaimana anak-anak muda mau ikut nguri-uri kebudayaan nenek moyangnya (bukan berarti kakek moyang tak berbudaya).
Lalu bagaimana dengan identitas asli sebuah kebudayaan jika masing-masing personal boleh seenak udelnya sendiri mengapresiasikannya? Takutnya nanti tari Pi'i Gandrung malah mirip goyang ngebornya Inul bagaimana hayo?
Ya tentu saja seorang seniman takkan sembarangan mengadaptasi nama sebuah kesenian tanpa mempertimbangkan hal-hal semacam: mirip gak sih dengan tarian aslinya?
Makanya jangan heran kalo dalam kenyataan ada tari Pi'i gandrung kontemporer kreasi Pi'i Sudjatmiko, atau Tari Pi'i Gandrung Perjuangan kreasi Lelananging Wana (laki2 hutan). Yang jelas kita atau saudara mengerti bagaimana tari Pi'i Gandrung yang asli.
Yang namanya kebudayaan itu berkembang saudara-saudara! Dan gak usah mikir jauh, wah jangan-jangan nenek moyang akan marah tarian bikinan beliau diobrak-abrik begitu. Ha wong nenek moyang yo ndak ndulit lho! (di indonesia sering salah kaprah dalam memperlakukan nenek moyang sama dengan genderuwo!!)
Jadi saudara-saudara, nikmati kreasi yang disajikan dan hidup kebudayaan Endonesia!!!!
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 6:43 PM |
|
|
|
"Anda terlalu banyak pikiran!" |
Bagai kekasih yang nuntut untuk dikunjungi sering-sering, dokter adalah orangnya. Ya, saya kencan lagi dengan dokter langganan saya itu, rupanya tempat prakteknya telah pindah. Saya muter-muter mencari menyebabkan badan yang pegel linu ini menjadi makin gak enak rasanya.
Si buriq (nama motor saya) saya pacu pelan-pelan lantaran saya lagi gak fit. Entah berapa kali ibu-ibu yang mengendarai motor bebek modif sport (yang jelas hasil provokasi anaknya hingga memodifikasi sampai sedemikian rupa) menyalip saya sambail menatap saya aneh. Mungkin mbatin: "laki-laki masih muda kok naik motor lambat banget!! Jan! nggak siap dengan globalisasi yang semua serba tas tes cepeeettt gitu deh bo'!!" atau malah mikir: "pasti orang ini pengangguran sehingga jalannya pelan-pelan...". Ternate memang penuh orang sibuk sehingga hampir semua orang memacu kendaraan secepat mungkin. Hehehehe...
Setelah nyampe di tempat praktek dokter saya harus ngantri lantaran ada dua calon pasien yang lagi nunggu.* Lewat setengah jam kemudian saya sudah berada diruang periksa dan mendapati tatapan tak suka dari pak ndokter.
"Dokter ini kok gitu nyambut saya? tatapan sebel kok dipasang begitu saya masuk lho... opo ndak seneng saya silaturahmi kesini?". Saya langsung menyerang dengan jurus-jurus nggedebus.
"Gimana mau seneng kalo tiap sampeyan datang, sampeyan pasti sakit!"
"Lha itu artinya saya belum gila, dok! Kalo saya ke ndokter dalam keadaan sehat malah aneh tho?"
"Ya itu my point! Touche!!** Maksud saya ya begitu, mosok diantara seluruh manusia yang sering sampeyan kunjungi dan bina tali silaturahmi kok cuman saya lho yang ketiban awu dapat jatah silaturahmi kalo pas sampeyan sakit lho!!! Kesannya kok jelek banget ya..."
"Hehehe... Ha wong bingung kalo mau menyambangi dokter ok... takut in the wrong time..."
Dengan penuh cak-cek keliatan sudah beribu kali dia memeriksa pasien, dokter yang rambutnya mulai menghitam itu*** memeriksa saya. Tak lama kemudian dia bertanya hal-hal yang biasa ditanyakan ke saya.
"Masih sering keluyuran malam-malam?"
Saya jawab mulai berkurang lantaran bini saya marah-marah kalo tau saya masih rajin keluyuran. Palingan lembur di kantor.
"Jarang makan ya?"
Rupanya pas dokter me-nul-nul-kan stetoskopnya ke dada saya dia malah mendengar bunyi keroncongan perut saya. Iya, saya kok jarang nafsu makan ya? Sehari paling makan satu kali (dengan porsi biasa****). Tiap kali maksain makan lebih banyak saya pasti muntah.
"Ingat... sampeyan itu malariawan... Mbok paksain makan tho dan jangan terlalu lelah.. Dan itu, ndak usah terlalu banyak pikiran! Sampeyan kan bukan presiden atau anggota dewan... ***** "
Tentu saja nasehat itu saya sanggupi dengan sendiko dawuh yang mantap dan meyakinkan meski dalam hati saya bisa mendengar suara cekikikan saya sendiri (untung dokter tidak me-nul-nul-kan setoskopnya lagi)
Ya, malaria masih cukup menakutkan bagi kawasan indonesia timur. Dan bukan baen-baen, kemaren saya sempat layat ke pemakaman salah seorang penjual makanan asal wonogiri yang meninggal lantaran malaria. Menurut mbah jo si penjual martabak langganan saya dulu pernah ngubur lima perantau asal jawa sekaligus, bayangkan! Lima-limanya meninggal lantaran malaria...
"Kenapa ya pasien2 saya yang ketakutan dengan malaria, rajin berobat, nurutin saya dan istirahat cukup malah ndak pernah datang lagi (lantaran meninggal), ha kok malah sampeyan yang selalu cengengesan dengan hidup malah awet lho..." si dokter mengeluh.
"Weh!! Didoain cepet modar tho saya ini? hehehehe..."
"Ingat ya... ngaso... istirahat... otakmu juga perlu istirahat... Kokehan pikiran kowe iki! (kebanyakan pikiran kamu ini)"
BBrrrrmmm! Si buriq kembali dipacu. Pelan.
* saya menggunakan kata "calon pasien" lantaran setelah saya tanya (maklum tukang ngobrol) mereka baru pertama kali ke tempat itu. ** artinya "kena lo!" (bahasa Prancis) istilah yang sering digunakan oleh Umar Kayam dalam karya-karyanya *** kalo rambut yang jumlah rambut hitamnya lebih banyak dari yang putih, saya akan menggunakan kalimat: "rambut yang mulai memutih itu..." **** Porsi biasa saya kira-kira sama dengan tiga porsi nasi padang! ***** Maaf, bukan maksud saya menuduh anggota dewan semuanya banyak pikiran lho ya...
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 4:55 AM |
|
|
Saturday, August 26, 2006 |
Backpacker gembel! |
Pada dasarnya saya suka bepergian. Terutama naik motor atau naik bis. Cenderung lebih suka naik bis karena seperti yang diceritakan di sini, kita bisa sejenak dibikin melongo terkejut atau terperangah menengok kehidupan orang yang sama sekali kita gak kenal dan ya mungkin kenal sepanjang perjalanan bus itu. Ya hubungan yang cuma sebatas trayek yang dituju bukan hubungan yang baen-baen lho. Kadang ada sesuatu yang bikin mak nyess di hati. (setidaknya bagi saya)
Dari kota yang membesarkan saya yaitu purwokerto, saya sering naik bus sebagai alat transportasi menuju kota lain. Selain nengok embah di ambarawa, naik gunung ke gunung gede, sindoro sumbing, mahameru, atau gunung salak saya selalu make bus. Lain halnya kalo saya en de gank (where are you?) nggembel ke kota lain tiap ada liburan atau weekend.
Ya... saya juga kangen nggembel, ning nampaknya kalo dilakukan sekarang kurang begitu kondusif deh. Bangsa indonesia sudah terlalu curiga. Salah-salah bukannya pengalaman nggembel yang didapat tapi balah bogem mentah dari massa lantaran dituduh maling atau kriminal lainnya.
Sesuai namanya, nggembel berarti bertingkah laku seperti gembel. Saya en de gank (where are you?) sering naik kereta api dengan cara sembari menjajakan asongan atau koran agar tidak dimintai tiket sama kondektur kereta. Atau naik truk sayur, karena secara empiris, truk pengangkut binatang ternak (apapun itu) kurang nyaman untuk dijadikan sarana transportasi gratisan (baik jarak dekat atau jauh). Lalu urusan menginap bukan soal yang pelik, biasanya kami menginap di masjid.
Ya dulu (setidaknya menurut saya) masjid tempat yang nyaman untuk sekedar numpang tidur selama bermusafir-ria, bahkan seringnya (terutama di daerah terpencil) penjaga masjid atau imamnya mengajak saya en de gank (where Are you?) untuk menginap di rumahnya, yang berarti ada sarapan gratis. Namun saat ini nampaknya masjid kurang nyaman untuk musafir. Berdasarkan postingan temen-temen backpacker (baik yang masih aktip ataupun yang cuman sumbang pengalaman) di milis yang saya urusi, masjid menjadi kurang ramah. Omelan seperti: "kalo mau tidur di losmen sana!!!" sering didapati. Padahal dengan kami numpang di masjid ada beberapa keuntungan, kami ini susah bangun tidur maka jika numpang tidur di masjid kami jadi bisa bangun cepet dan shalat subuh pada waktunya.
Coba sampeyan nginep di masjid sekarang, niscaya sampeyan dimintai KTP sebagai jaminan. Ya, pengurus masjid memang mau gak mau menjadi waspada berlebihan, maklum, apa saja bisa jadi duit di masa sekarang, mulai dari karpet ilang, amplifier, speaker di atas menara saja sering kecolongan!!!
Makan gratis pun sekarang susah di dapat, yang bisa dilakukan hanyalah makan dengan menawar harga makanan yang ada menjadi semurah mungkin. Padahal dulu saya dan temen-temen sering nguja-uja (sengaja) nawarin jasa nyuci piring di warung, atau gerobak nasi goreng dengan imbalan satu porsi makanan. It always works! Namun coba deh lakuin hal itu di jaman sekarang!!
Satu hal: yang namanya pesiar ndak harus mewah dan berboros ria namun tak harus melulu ke tempat pariwisata! Seperti halnya perjalanan hidup itu tak melulu bahagia!
Kalo ditanya apa sih untungnya nggembel macam begitu, maka saya akan menjawab dan lalu dianggap terlalu berlebihan atau sok dan lain sebagainya. Dengan nggembel, saudara akan mengalami kehidupan yang lain dari keseharian saudara. Saya en de gank yang jaman SMU bermotor maupun bermobil harus bisa manghadapi situasi butuh transportasi gratisan menuju tempat yang kita tuju. Rendah hati benar-benar dibutuhkan. Tanpa rendah hati, kita akan cenderung berbohong atau membuat-buat alasan hanya demi mendapat tumpangan. Keluarga sakitlah, habis dirampok lah dan sebagainya...
Kerendah hatian benar-benar diuji sehingga kita harus mau merendah agar kita diperboilehkan menumpang di masjid atau mencuci piring penjual nasi goreng. Gak percaya? Kalo kita tinggi hati mana mau kita mau berada di posisi paling bawah di starata sosial macam begitu!
Mungkin pendapat saya berlebihan, namun begitulah yang saya alami sehingga sampai sekarang saya lebih nyaman berbincang sama kuli panggul di pasar, bapak tua penjual baso penthol, atau ibuk-ibuk penjual jamu gendong.
Ah... saya kok merasa semakin tua saja.....
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 4:40 PM |
|
|
|
Bini saya gak ngerti pikiran saya! |
Tadi pagi menjelang siang sambil leyeh-leyeh sehabis lari pagi, (bukan lari sebetulnya, mirip jalan pagi) saya nonton acara wisata kuliner yang biasanya banyak ditayangkan tiap sabtu pagi. Benar juga, pakde bondan winarno (entah ada hubungan darah dg bondan prakoso atau tidak) dengan tas tes menerangkan makanan yang tengah beliau hadapi membuat iler liur saya ndlewer... (itulah gunanya bantal, bung)
Karena tak ada siapa-siapa di sebelah saya yang bisa saya ajak komentar tentang makanan yang pating mblangkrah sumebar dimana-mana dan terlihat enak itu, maka saya cuman bisa berkomentar dalam pikiran saya saja alias ndak saya ucapkan dengan lidah. Ini yang sering disebut dengan mbatin.
Lama saya ngomentari, seandainya saya jadi pakde bondan lah, atau seandainya makanan yang ditayangkan tak berkolesterol tinggi lah, dan pikiran-pikiran aneh lainnya.
Lalu saya terkesiap! (terkesiap? bah! dari mana pula aku dapat kosakata macam begitu, lay?) saya jadi ngungun bin heran sendiri saat menyadari bahwa selama saya nglamunin acara kuliner (bukan pakde bondannya) itu saya berpikir dalam bahasa jawa...
Ya, bahasa jawa sebagai mother language otak saya, setidaknya saya merasa begitu habisnya saya kalo mikir apa-apa bisa dipastikan memakai bahasa jawa.
bagaimana dengan sampeyan? bahasa apa yang dipakai otak sampeyan waktu mikir?
Lha... lamunan saya nambah aneh lagi. Saya mikir bahwa ternyata bini saya adalah seorang mutant yang mempunyai kekuatan bak profesor X seperti kisah X-Man yaitu membaca pikiran orang lain. Saya ngikik sendiri, taruhlah bini saya bisa membaca pikiran saya sampai ke rahasia-rahasia yang saya pendam, tanam, kubur dalam-dalam, lalu apa beliau bisa ngerti apa yang saya pikirkan?
Saya rasa sulit, maklum dia bukan orang jawa ataupun yang mempunyai pengalaman tinggal di jawa, apalagi berkomunikasi dalam bahasa jawa!!
wah... acara gula-gula di trans tv sudah mulai... ngelamun apalagi ya???
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 10:15 AM |
|
|
Friday, August 25, 2006 |
Obrolan sore tentang babi |
Suatu sore di sebuah restoran.
"Aku tuh sebel kalo pas ke manado, bingung makannya..."
"Iya, salah-salah kita gak nyadar kalo makan daging babi.. hiiiii...."
"Iya... makanya kalo aku ke manado pasti nyari warung jawa, kalo bosen ya makan di KFC!!!! repot!!!"
Tiba-tiba salah seorang dari mereka yang terus berdiam ikut nimbrung bicara;
"Eh ngomong-omong uang yang kita pake buat makan sekarang itu kan juga gak bener.."
"Eh lo tu ya!!! Kita kan gak maksa lagian ini kan fee buat kita!!! Kita dah capek-capek bantuin mereka masak kita gak boleh dapet fee???"
Adakah yang bikin ngenes? Bukankah itu gambaran wajah-wajah kita? Yang namanya haram itu babi (dalam agama saya babi haram hukumnya untuk dimakan), yang namanya porno itu majalah playboy, yang namanya anarkis itu FPI, yang semena-mena itu sutiyoso, yang namanya kaya itu banyak duit, yang namanya pinter itu kuliah tinggi dan kalo bisa lulusan luar negeri....
Lalu mau kita sebut apa itu nyetrika babu? uang sabun pas bikin KTP? pake baju kebuka di muka umum? Lalu bisakah kita nyebut emha ainun nadjib itu goblok lantaran kuliah cuma kurang dari satu semester? Lalu bisakah kita nyebut seorang tukang pel masjid itu miskin?
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 6:46 AM |
|
|
Wednesday, August 23, 2006 |
Dirgahayu Negeriku!! |
Wah gara-gara saya liburan ke gorontalo kemarin saya jadi telat menulis tentang dirgahayu republik mbladus ning mbetahi ini. Bangsa Endonesia memang seajaib-ajaibnya bangsa lho, sodara-sodara! Bagaimana tidak? Berprinsip Bhinneka Tunggal Ika tapi ndak rukun, bersatu apalagi! Ngaku bertuhan tapi bikin setan geleng-geleng... Ndak usah nyuruh saya nyebutin tingkah polah bangsa ini yang nggegirisi tho? Bangsa ini ijo royo-royo toto tentrem kerto raharjo, tapi beras kok mahal bahkan sampai kudu impor lho. Mungkin perlu dipertimbangkan lagi bahwa makna negara agraris adalah negara tanpa teknik agricultural yang jelas. Bangsa ini bangsa yang santun, tapi hujat menghujat, olok mengolok, cela mencela menjadi hiburan menarik lewat layar kaca berbungkus infotainment. Ndak kurang akal, istilah selebritis juga melebar lagi sampai pada orang-orang yang sebetulnya gak penting banget namanya nongol di acaranya gosip dan menjadi tenar. Contoh: supirnya si anu, tetangganya si ini, mantan temennya si dia, temen mantan sodaranya si kakak dari artis yang temannya kena masalah ini itu... Wah!!!! Bangsa yang menempatkan kyai-kyai sebagai soko guru ilmu terutama ilmu ketuhanan namun saat mereka bertitah bangsa ini malah belagak budek. Jangan melulu salahkan masyarakat, intinya semua bisa saja salah tho??? Bangsa yang roda hidupnya sebagian besar cuman dari pajak, bukannya dari hasil produksi ini dan itu atau ekspor ini dan itu. Artinya negara ini masih negara bayi karena hidupnya masih dari upeti! Namun di ujung timur sana petugas pajaknya ada yang cuman mampu beli motor tua seharga dua juta lima ratus ribu... nyicil pula mbayarnya!!! dituduh korupsi pula!!! (Sebelum sambatan saya dalam berkeluh kesah hal-hal yang pribadi, mending kita beralih ke hal-hal yang positif saja) Namun... (nah siap-siap hati keroso mak sengkring!!) Di pelosok sana ada anak kecil yang saat ditanyain cita-cita mereka, mereka dengan mantap menjawab ingin jadi tukang insinyur atau malah presiden!! Keinginan mereka bukan jadi pengganti F4 atau andy lau. Bangsa kita ini kan lebih banyak ndesonya dari pada kotanya tho? maka wajar kalo saya anggap bangsa saya ini bangsa ndeso. Jangan anggap cita-cita menjadi presiden atau tukang insinyur itu remeh, kalo remeh mana ada jutawan yang makin kaya dengan cara bikin kampus kayak mini market? Ada anak-anak yang sejak kecil terpaksa mbantu-mbantu kerja orang tuanya dengan iming-iming : "nanti ya nak kalo tabungannya cukup kamu sekolah lagi" lalu anak itu dengan trengginasnya kerja banting tulang meraka yang saya rasa masih sekeras tukang paha ayam yang bapak-bapak pejabat santap di suatu siang! Dan saat anak itu dewasa lalu menemukan dirinya telah telat untuk kembali ke sekolah, mereka sama sekali ndak dendam dengan orang tua mereka! Hal ini tentu saja karena sejak kecil dididik untuk mengerti kondisi. Nah, akhirnya saya sampai pada kata kondisi. Bangsa kita bangsa bayi. Bangsa kita belum baligh. Bangsa ini masih kucel. Bangsa ini masih mawut-mawut. Trus apa? Apa sampeyan cukup menghina-hina para aparat yang saudara nilai gak mampu mengurus sebuah negara? Lalu saat aparat itu balik nanya: "emang elo mampu?" Sampeyan cuman senyum klecam klecem dan balik mbentak: "Ha itu kan sudah kewajiban saudara sebagai aparat, saya ini rakyat, tugasnya menuntut!!!" Apa iya tugas rakyat menuntut? Menuntut keadilan lah... kebenaran lah... kembali pada hakikat bahwa sesungguhnya presiden adalah rakyat juga, maka presiden juga boleh ikut-ikutan nuntut? Mau jadi apa bangsa ini yang isinya orang-orang nuntut? Ntut-ntutan sih iya!!! 61 tahun itu udah renta buat manusia, namun belia bagi sebuah bangsa, apalagi selang waktu tersebut masih menyisakan sifat-sifat minder sebagai bangsa yang pernah dijajah. Ndak merasa? Ta' jitak ndas kepala saya sendiri kalo sampeyan ketemu bule sampeyan gak takjub!!! Tugasnya rakyat ya mbangun ndeso. Ndak usah mimpi indonesia jadi negara adi daya dulu. Anggaplah sebuah desa kecil dulu. Yang disana-sini kudu dibenahi kudu ditata. Pelan-pelan namun terarah... Nanti setelah menjadi desa yang mandiri dan kokoh baru bermimpi menjadi negara adi kuasa! Sumbangsih kita sekecil apapun itu, pasti ada nilainya buat ibu pertiwi. "Iyo opo ora, bu per?" Merdeka!!!!!!! Merdeka!!!!! Merdeka!!!! Mer... sik ah kae ono ledhek munyuk... nonton ah!!!
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 2:30 AM |
|
|
Monday, August 14, 2006 |
Beat-nya Ebiet G. Ade bikin kangen Babe! |
Malam minggu kemarin iseng-iseng jalan-jalan di pinggir pantai swering sendirian, dan sampailah di tempat mangkalnya penjual MP3 langganan saya itu. Maka saya lalu sibuk ngobrak-abrik dagangannya uda mahmud mencari tahu apakah ada yang bisa dibeli atau enggak.
Selain mencari albumnya Red Hot Chilli Peppers yang terbaru (karena CD yang lama korupted). Ha kok saya lalu nemu dan akhirnya membeli CD MP3-nya pakde Ebiet G. Ade lho????
Pakde Ebiet yang bernama asli Abdul Gafar Abdullah memang bukan penyanyi yang dikenal baik oleh generasi Nirvana atau Metallica seperti saya, namun saya sangat mengenal lagu-lagunya pakde Ebiet ini.
Ya, ayah saya sangat menyukai ebiet g. ade. Dulu, bahkan sempat bapak saya itu menyuruh saya mendengarkan lagu2nya ebiet daripada saya menyetel kasetnya iwan fals milik om saya. Namun ternyata belakangan bapak saya malah katut kebawa suka dengan iwan fals tanpa meninggalkan tabiknya kepada ebiet. Sedang saya kebanjur kepincut sama generasinya metallica.
Ya, pada masanya ebiet memang sangat dipuja, apalagi untuk generasi seumuran bapak saya itu. Tahun 70-an dan 80-an (hingga 90-an malah) Ebiet merajai pangsa pasar musik indonesia. Setidaknya begitu menurut bapak saya yang nota bene penggemar fanatiknya Ebiet!!
Satu CD penuh saya setel, yang artinya saya mendengarkan lebih dari 50 lagu semalaman. Dan tanpa sadar kok saya nangis mrebes mili mengingat bapak saya di jawa sana. Saya ndak malu ngaku nangis sepanjang yang bikin saya nangis bukan lantaran Mbah Harto sakit lagi.
Ya, meski makin saya dewasa, gesekan idealisme makin meruncing, makin banyak yang saya bantah, makin dalam yang saya gugat, makin njelentreh yang saya obrak-abrik tentang dogma dan sebagainya yang beliau tanamkan sejak saya kecil, namun bagaimanapun ada ikatan batin antara kami yang tak lekang dimakan waktu.
Ya, bapak saya memang seperti werkudoro yang kakunya bukan main. Hampir ndak pernah nunjukin rasa sayangnya sama anak-anaknya. Namun saya tahu kadang saat beliau gletakan di tikar di depan televisi, diam-diam dia memandangi semua anaknya yang asyik masyuk menonton TV. Betapa platoniknya!!!
Sebelum saya nambah cengengnya kelingan bapak saya sang resi itu, maka saya akhiri postingan kali ini.
"Bapak, bapak pasti tahu kalo kita sama-sama keras kepalanya... namun saling membelit dalam kasih sayang yang tak kasat mata!"
Gambarnya Pakde Ebiet diambil dari sini.
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 2:33 AM |
|
|
Friday, August 11, 2006 |
Tuhan Sembilan Senti |
Tuhan Sembilan Senti Oleh Taufiq Ismail
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok,di pabrik pekerja merokok,di kantor pegawai merokok,di kabinet menteri merokok,di reses parlemen anggota DPR merokok,di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwiranongkrong merokok,di perkebunan pemetik buah kopi merokok,di perahu nelayan penjaring ikan merokok,di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,....
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok,tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,di ruang kepala sekolah...ada guru merokok,di kampus mahasiswa merokok,di ruang kuliah dosen merokok,di rapat POMG orang tua murid merokok,di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan caramerokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok,di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,di loket penjualan karcis orang merokok,di kereta api penuh sesak orang festival merokok,di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok,di warung Tegal pengunjung merokok,di restoran, di toko buku orang merokok,di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidurketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul salingmenularkan HIV-AIDS sesamanya,tapi kita tidak ketularan penyakitnya.Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokokdi kantor atau di stopan bus,kita ketularan penyakitnya.Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur didunia,dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena,
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,di apotik yang antri obat merokok,di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,di ruang tunggu dokter pasien merokok,dan ada juga dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok,di pinggir lapangan voli orang merokok,menyandang raket badminton orang merokok,pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamensepakbolamengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-oranggoblok merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orangperokok,tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita, Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormatmerujuk kitab kuningdan mempersiapkan sejumlah fatwa.Mereka ulama ahli hisap.Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.Bukan ahli hisab ilmu falak,tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhalakecil,sembilan senti panjangnya,putih warnanya,kemana-mana dibawa dengan setia,satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yangsedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan? Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu,sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama.Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,yaitu ujung rokok mereka.Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulaiterbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalulintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,cuma setingkat di bawah korban narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangatberkuasa di negara kita,jutaan jumlahnya,bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakanapi dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini. Catatan: postingan kali ini benar-benar cuman mau nunjukin betapa kesalnya saya dengan rokok. Ditambah ada teman yang minjem duit ke saya buat makan siang. Dia belum ke ATM ngambil duit, duit terakhirnya dia milih buat beli rokok, lebih awet katanya!!
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 12:38 AM |
|
|
Thursday, August 10, 2006 |
Arti Eksistensi... |
Waktu anyar-anyarnya buriq (nama motor saya) saya miliki, gak anyar sih, bekas... saya punya pengalaman lucu. Eh lucu juga tidak ding. Aneh... Mrindingi... bikin nglangut... bikin mikir lama dan milsafati banyak hal. Sampeyan bisa bilang itu cuma karena saya berlebihan menganggapi suatu kejadian biasa. Itu terserah as delicious as your belly button sajalah.... Critanya saya pulang ngantor dan memacu motor saya itu. Eh di tengah perjalanan kok mesin mati tiba-tiba. Usut-punya usut ternyata bensinnya habis, sodara-sodara!! Hampir seratus meter saya menuntun motor mogok saya itu dan menemukan kios penjual bensin eceran yang pemiliknya saya kenal lantaran dia juga jualan makanan di pinggir pantai. "Dua liter saja, pak..." Obrolan biasa kan begitu?? Nah yang selanjutnya terjadi adalah: SANG BAPAK MENYURUH SAYA MEMBELI BENSIN DI TEMPAT LAIN.. "Aduh, gus! Jangan beli di tempat saya tho gus.... takut kuwalat saya...." kata bapak itu. Saya bingung. Pertama, saya dipanggil dengan julukan gus. Apa saya ini muka-muka santri dan anak kyai besar ya?? Kedua kok bisa-bisanya saya gak boleh beli bensin lho dan dipaksa nuntun motor lebih jauh lagi, padahal kringet saya sudah gemrobyos membasahi kemeja saya lho! "Sebenarnya beberapa hari ini saya sudah mulai mikir mau brenti jualan bensin kayak gini. Saya mau hidup jujur saja, gus. Ngalap berkah. Meski sedikit demi sedikit kan yang kita cari berkahnya tho gus..." "Weh!! ini ada apa tho?? kok kethoprakan??" Ternyata beberapa lama sebelumnya sang bapak berjualan bensin oplosan. Dicampur minyak tanah dan dijual dengan harga yang sama dengan kios bensin lain sehingga mendapat untung banyak. Dan bapak ini biasanya mengoplos bensin dengan minyak tanah dengan kadar minyak tanahnya mencapai 30%!!!!! Masihkah saudara merasa diri anda tidak ada artinya bagi orang lain, jika hal yang kecil saja bisa merupakan hujan meteor bagi orang lain???
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 8:08 AM |
|
|
Tuesday, August 08, 2006 |
Sumanto Homini Lupus! |
Sudah saatnya kita mengembalikan makna Homo Homini Lupus seperti sediakala!!
Tadi saya melihat di shoutbox saya coretan dari si tukang ndobos. Beliau mengabarkan bahwa sumanto si kanibal itu akan segera bebas. Lalu saya juga menemukan berita yang sama di sini (yang dua-duanya merupakan hasil slomotannya kang mbilung). Saya jadi tertarik mbahas tentang sumanto (versi ngaco tentu saja).
Sumanto, lelaki asal purbalingga yang satu daerah dengan saya dan kang mbilung (pas jaman masih ada karesidenan) terkenal semenjak dia konangan menyantap mayat seorang nenek dan belakangan mengaku telah memakan tiga mayat. Tentu saja dia memakan mayat bukan lantaran kelaparan, dia iseng. Iya... iseng... isengnya orang kan macem-macem dan jangan dipaksakan agar masuk akal di otak semua orang. Isengnya konglomelarat ya ngumpulin mobil mewah... isengnya tukang becak ya ngabisin pendapatan satu hari dengan main gaple..
Namun menurut desas desus yang beredar di kalangan arus bawah, sumanto sebenarnya seseorang yang berpikiran ke depan, cerdas dan mempunyai visi dan misi yang mengagumkan.
Dikabarkan sumanto jengah melihat kondisi dunia yang carut-marut dan sangat berantakan yang makin mengikis rasa kemanusiaan. Tiap hari dia lihat dengan mata kepalanya sendiri (dan juga mata kepalanya temen2nya) manusia menjajah manusia lain, manusia dijajah uang, manusia kalah santun dengan tikus sawah dan sebagainya. Menurutnya (konon lho ya) tikus sawah itu lebih santun. Meski dia merusak tanaman petani namun sejak dulu ya kebudayaan tikus2 sawah ya memang begitu. Ndak lantas seiring kemajuan jaman tikus2 sawah berubah kesenangan dengan memakan tinta pemilu!
Namun tengoklah manusia. Manusia sudah menjadi omnivora yang se-omnivora-omnivora-nya!! Kabel listrik dimakan, aspal dimakan, tinta dimakan, gubuk buat pengungsi gempa juga dimakan...
Sejak lama kita kenal istilah homo homini lupus yang artinya manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Istilah tersebut lantas disalahartikan oleh dunia moderen dengan pengertian bahwa kondisi manusia saat ini begitu selfish egoisnya sehingga kadang demi kepentingan pribadi mereka mampu mengesampingkan segala aturan dengan mengorbankan manusia lainnya.
Pengertian moderen itu jelas melenceng dan tidak benar. Setidaknya buat saya dan sumanto. Yang namanya homo homini lupus itu ya maksudnya pengertian buat menjelaskan kata "kanibal". Jadi kanibal is homo homini lupus!
Serigala itu memakan daging. Sumanto rupanya tergerak untuk kembali meluruskan opini masyarakat dunia yang salah kaprah mengartikan homo homini lupus tadi. Dia tunjukan bahwa pengertian "manusia adalah serigala bagi manusia lainnya" dengan cara bener2 meniru tingkah laku serigala. Makan daging.... Namun Sumanto masih cukup waras. Meski idealis, dia tetep mikir kalo makan manusia yang masih hidup kan hukumannya berat sekali dan akan susah makannya, belum lagi pas digigit meronta-ronta dan bengok-bengok (teriak).
Makanya dia milih makan mayat yang hukumannya bisa jadi ringan... Dan menurut kabar kang mbilung tadi, sumanto akan segera bebas...
My hero..................
Hidup Sumanto!!! Hidup Bapak Pembaharu Homo Homini Lupus!!!!
Gambar sumanto diambil dari sini
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 5:16 AM |
|
|
|
Sumuk ning umuknya dasi... |
Jadi inget cerita di kolomnya Umar Kayam tentang kisah orang kantoran indonesia tahun 90-an yang mau tampil keren (standar barat) namun terhadang oleh sumuknya cuaca indonesia membuat dasi sebagai pencekik leher dan penyebab rasa sumuk. Dasi, sebenarnya siapa sih yang menetapkan dasi sebagai standar formalitas busana? SEbal saya... saya ini sebenarnya punya impen-impen (impian) minimal endonesia itu kayak india yang pejabatnya masih banyak yang mengenakan busana tradisional mereka. Makanya saya seneng kalo hari jumat tiba karena saya diharuskan mengenakan baju batik untuk ngantor. Kalo ada bule datang ke endonesia bisnis sesuatu, itu wajar... wong memang dasi berasal dari mereka kok. Kita sebagai tuan rumah seharusnya gak lalu kaget dan ikut-ikutan make dasi. Tapi sekali lagi itu cuman impen-impen... Dasi, belakangan mencolok mata mripat saya. Ya semenjak bos baru kantor saya berkuasa duduk di singgasana, bos-bos kecil digalakkan lagi dalam hal mengenakan dasi saat bekerja. Akan halnya pegawai bawahan ya ndak usah.. disamping nanti susah mbedain yang mana yang bos dan yang mana yang bukan, toh nanti malah pada demo merasa haknya sebagai manusia dilanggar cuman gara-gara diwajibken pake dasi. Indonesia kan panas, bung... Kantor saya sebenarnya contoh yang baik dalam hal penghematan listrik yang sekarang mulai gak galak lagi penggalakkan hemat listriknya. Dulu kan sempet bos negara ini perintah agar instansi di indonesia sebisa mungkin mengurangi penggunaan listrik bahkan sampai nyuruh agar nyalain AC dengan temperatur minimal 25 derajat selsius saja. Meski perintah itu gak digubris banyak pihak, toh kantor saya dengan taat melaksanakannya dengan cara tidak menambah jumlah AC split meski kantor dirasa sangat panas. Kebetulan ruangan seksi saya adalah ruangan server yang mau tak mau menjadi ruang yang paling dingin sekantor. Kebetulan bos kecil di seksi saya itu perokok berat ditambah tak tahan dingin. Makanya dia minta satu meja lagi yang ditempatkan di luar ruangan seksi saya untuk tempat duduk beliau. Namun belakangan (semenjak SUPERKADAS = Surat Perintah Pake Dasi) beliau malah lumayan sering bercokol di dalam ruang saya. Usut punya usut bos kecil itu kesumuken alias kegerahan.... Apalagi Indonesia timur jan... panase poll!!! Nah, seberapa cintakah sampeyan dengan dasi?
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 4:39 AM |
|
|
|
Jaman Edan.... cuk! |
"Ediaannn! Edan tenan, pi'i!!!" "Weh... ada apa ini kok ujug-ujug mak gedebuk kok sampeyan ngedan-edanke saya lho" sungut saya terheran-heran. Teman saya yang mengedan-edankan saya ini ternyata lagi browsing internet plus nonton berita kriminal. Saya cuman ngikik geli sendiri. Mosok dia ngajak YM-an cuman buat ngasih tahu kalo isi berita kriminal itu sadis-sadis semua. Kan ndak mecing!! (matching!!) "Ya jelas no, dul... ha wong berita begitu memang dicarikan yang sadis-sadis... makin sadis kan makin ratingnya nyundul langit. Ha kalo yang ditayangin itu kisah mbok jah yang jajanan pasarnya di curi anak-anak SD tempat dia mangkal berjualan kan malah aneh!" Buat saya, menangi (mengalami) jaman edan ndak kudu sambil nonton berita kriminal kok. Sehari-hari saja kita bisa nemuin hal macam begitu. Saking edannya, banyak dari kita nyolong namun gak ngerasa nyolong. Banyak lho! Mungkin judulnya saja beda, fee, ongkos lelah, uang kewajaran, uang sabun atau (yang paling ngetren) uang rokok! Namun toh isinya sama tho? Suatu hari saya sedang ngobrol (sebenarnya bukan ngobrol, wong lebih menjurus ke penyuluhan kok) dengan persatuan tukang borong bangunan. Disitu saya sempat menyinggung tentang usaha pemerintah memberantas KKN. Tak disangka kok saya malah diketawain orang satu gedung. Ndak ngerti saya.... Selesai acara, teman saya yang super skeptis bilang: "Pi'i, kalo tanpa ngasih uang sabun atau uang rokok, apa mereka2 itu bisa idup dan dapet proyek mbangun ini-itu??" Ini baru masalah proyek, belum lagi masalah fiskal secara keseluruhan, apalagi ngobrolin anti KKN secara global di jaman sekarang ini. Tengok juga kebudayaan baru di dunia ini. Nggosip! Nggosip menjadi salah satu produk yang benar2 menghasilkan dan menjanjikan. Bahkan bintang-bintang tenar (yang tentunya takut juga digosipin) malah ikut-ikutan jadi presenternya. Dan itu, saat NU mengharamkan acara gosip, hehehehe malah ditolak mentah-mentah, mungkin dalam batin tiap orang isinya begini: "Piye ya? Yang ngomong NU je! jelas kalah kalo debat dan yang jelas mereka mengajak ke kebaikan, ning acara gitu2an kan keren... ha mbok kalo mau ngelarang kan sejak dulu kenapa sih?? Kenapa juga kudu sekarang??? Akan halnya perasaan seleb yang digosipin, itu kan resiko dia, jadi artis ya kudu siap digosipin... Fatwa? Tak uk uk yaaaaa....." Jaman yang aneh memang. Saat israel nyerang terang-terangan ke palestina dan lebanon pada diam namun saat Indonesia ngurusin timor leste yang lagi panas, indonesia dianggap penjajah. Jaman yang dimana Saddam jadi ikon hero dan penjahat secara bersamaan, namun orang sekelas ariel sharon malah dianggap vokalisnya peter pan oleh ponakan saya yang kala itu berkaus saddam husein. Mbuh mbuh ora weruh sajalah saya ini. Untuk merubah dunia saya jelas ndak sanggup sendirian. Mau gotong royong ngubah dunia kok harus punya organisasi. Ha makin banyak organisasi kan makin gak bersatu. Bubarkan forum ini dan itu, persatuan anu, gerakan kae lan kuwi, front "iki aku lho" dan partai ini itu... niscaya manusia malah bersatu, bagaimana enggak? Ha wong wadahnya gede banget lho.. Tapi apa bisa? Prekk!! Yang akan saya lakukan ya ngugemi (ngurusi) yang bisa saya urusi dengan penuh rasa tanggung jawab. Siapakah itu? Keluarga saya dan lingkungan sekitar saya... Sekali lagi, mari mulai dari yang kecil!!!! Zamane, mas, zaman edan Edan tenan zaman semono Semune katon katinon kawistoro Jan jane zaman padudon Zamane, mas, zaman padudon Podo dene zaman banjure Banjir tangis banjir bandang kang sinandang Zamane, zaman, wis zamane Heh manungso podo sadulur Podo sadulur jo podo tawur Tarlen amung amemuji do sing podo rukun Rumekso paseduluran tumrap ing bebrayan Jo ngono ojo ngono (Pokoknya tidak ngono lho) Jaman Edan - Sujiwo Tejo
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 3:23 AM |
|
|
Saturday, August 05, 2006 |
Ngobrol tentang rumput... |
Lama saya nggak nggrenggeng alias ngomong gak jelas dan gak dimaksudkan untuk diri sendiri. Sampeyan tentu tahu tho yang namanya suket yang buat pakan sapi atau kambing tho?? Ya. Saya mau ngomongin tentang rumput.
Sampeyan ada yang pernah merumput? Kegiatan mencari rumput untuk digunakan sebagai pakan ternak, berbekal sabit dan karung sebagai tempat hasil merumput pernah saya lakoni jaman saya kecil dulu.
Mungkin ibu saya dulu membiarkan saya bermain sampai jauh dengan teman-teman sebaya saya yang berkewajiban merumput tiap pulang sekolah karena di rumahnya ada kambing atau sapi dengan tujuan agar saya lebih bisa membaur dengan siapa saja. Bahkan ibu saya sampai membelikan sabit segala buat saya. Hasil merumput saya ya saya serahkan pada teman saya....
Satu hal tentang rumput, setidaknya menurut saya, saat mencari rumput, kemanapun kita melangkah selalu saja terlihat rumput di seberang lebih hijau dan segar. Namun saat didatangi malah terasa sebaliknya, nun jauh disana masih lebih hijau. Hingga kalo kita terus-terusan mengikuti pandangan mata kita maka kita gak akan bisa memenuhi keranjang atau karung tempat sehrusnya kita menaruh rumput hasil sabitan kita.
Teman saya ada yang benar-benar memegang falsafah ini. Namun dengan cara yang keliru. Sejak pertama kenal kok saya selalu makan hati tiap kali bercakap-cakap dengan beliau lho. Namun bagaimana lagi, silaturahmi tetep harus dijaga. Bagi dia memang benar kalo di matanya orang lain terlihat lebih bahagia, sukses, makmur, dan beruntung di matanya.
Akan tetapi berdasar pada ilmu "rumput tetangga lebih hijau" tadi maka dalam batinnya dia, dia menganggap bahwa orang-orang itu cuma memalsukan kebahagiaan mereka, membungkus kesialan mereka dg cover keberuntungan, atau bahkan menyebut dengan generasi topeng yang keterlaluan.
Makanya dia menjadi tertekan, tiap kali ada orang yang mendapat rejeki baik berupa harta maupun non-harta ia akan pusing sendiri. Menyangkal bahwa orang lain itu memang pantas mendapatkannya. Atau merasa dia berada di tempat dan waktu yang salah sehingga dia menjadi terpinggirkan.
Kasihan betul teman saya itu. Ada promosi jabatan dia lalu merasa terancam, ada orang-orang baru di kantor juga terancam merasa teritorinya dilanggar. Dia lalu membentuk benteng penyangkalan paling gila dengan menganggap semua yang ia miliki (material maupun immaterial) adalah lebih bagus daripada milik orang lain.
"Pi'i... hapeku ini kalo buat beli hapemu dapet berapa ya? Lima??" katanya suatu hari, semula saya kira becanda, ternyata dia serius sambil menunjukkan perbandingan harga hape di sebuah tabloid khusus tentang ponsel.
"Ha yang penting ada seseorang yang secara rutin saya sms dan telpon sampai gak peduli pulsa bengkak" jawab saya ikut menyombongkan diri lantaran saya tahu dia tidak berbakat dibidang relationship with women.
"Alah... terus kalo kamu gak punya pulsa dan gak bisa SMS atau nelpon dia marah?? Iya tho? Itu namanya cintanya gak tulus. Perempuan itu harus nurut kemauan kita... ha menurut agama saja perempuan derajatnya lebih rendah dibanding kita kok, kamu malah terlalu menyanjung wanita dan memujanya... aneh-aneh saja..." cela teman saya itu yang kemudian manas ati saya sendiri.
"Ya bukan begitu pengertian perempuan derajatnya dibawah laki-laki, mas? Kita menjadi imam alias pemimpin, jelas itu bukan keistimewaan, ha wong jadi pemimpin itu susah je... berat tanggung jawabnya..."
"Opo? Ha orang-orang macam kamu itu lho yang seumur hidup bakal jadi bawahan terus... menjadi pemimpin itu prestasi le...."
"Iyo wis...." jawab saya sambil ngeloyor pergi.
"Pegang kata-kataku.. kelak kowe bakal setuju denganku...."
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 5:10 AM |
|
|
Friday, August 04, 2006 |
Menyumbang yang mengenyangkan... |
Minggu besok saya ada acara makan di rumah makan. Begini ceritanya, menyambut peringatan Isra Mi'raj, pemuda-pemuda deket tempat saya tinggal mau bikin sebuah peringatan, salah satunya bazaar makanan. Tentu saja bazaar ini multi-dimensi. Bagaimana tidak?
Wong tempat makannya nanti itu termasuk rumah makan baru jadi sekalian promosi tho? Terus sebagian dari penjualan kupon bazaarnya kan bisa digunakan untuk bikin acar perayaan Isra Mi'raj lho! Lagi pula kalo orang-orang (kayak saya) disuruh ikut acara makan-memakan meski ada embel-embelnya sumbangan kan tetep saya libas lho ya!!
Menu yang disediakan di bazaar tersebut adalah: Nasi Kebuli (makanan khas timur tengah banget) @ Rp. 30.000,- Nasi Goreng @ Rp. 20.000,- Nasi Kuning Ayam @ Rp. 25.000,- Ayam Panggang 1 Ekor @ Rp. 75.000,- Ayam Panggang 1/2 Ekor @ Rp. 40.000,- Ayam Panggang + Nasi Jaha (kayak lontong namun masaknya dibakar) @ Rp. 15.000,- Ayam Goreng Lalapan @ Rp. 22.500,- Ayam Bakar Bumbu Rujak @ Rp. 25.000,- Ikan Bakar Rica @ Rp. 25.000,- Ikan Garu Rica/ Acar @ Rp. 15.000,- Napoloten (apaan ini?) @ Rp. 150.000,- Kue Lapis Cokelat @ Rp. 150.000,- Pizza @ Rp. 30.000,- Rujak @ Rp. 5.000,- Gohu (manisan buah, biasanya pepaya) @ Rp. 5.000,- Aneka Jus @ Rp. 10.000,- Es Buah @ Rp. 7.000,- Es Teler @ Rp. 10.000,- Pop Ice (maaf nyebut merek) Rp. 7.000
Penasaran dengan apa yang saya pesan?? Saya pesan: ayam bakar bumbu rujak, rujaknya itu sendiri dan jus alpukat... Hehehe nggragas bener saya ini!!!
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 9:14 AM |
|
|
|
Elek-elek motor dewe |
Beberapa bulan lalu saya kan sempet postingan tentang kehidupan saya selama di ternate sebagai walking taxman tho? Nah kisah ini berlanjut.
Saya beli motor, sodara-sodara!!! Dengan simpenan duit sisa-sisa makan dan ini-itu terkumpul juga keberanian membeli motor. Jan miskin tenan aku iki. (Matur nuwun, Gusti) Kebetulan ada teman sejawat di kantor sebelah yang pindah tugas ke jawa karena mendapat beasiswa melanjutkan kuliah di undip semarang. Nah motornya saya beli.
Napa? ya sebagian barang-barang saya memang bekas kok. Handphone saya bekas, saya beli di pinggir jalan saat hendak menyantap coto makassar eh ada yang butuh uang cepet, ya saya beli. Baju ngantor saya juga ada yang bekas jaman kuliah. Nah apa salahnya petugas pajak beli motor bekas??
Ada yang menanggapi positif kejadian saya membeli motor, ada juga yang sinis. Bayangkan, ada yang bilang motor saya ini harganya lebih murah dari handphone baru miliknya!!!
Menghibur diri ya satu-satunya cara dengan semaur (njawab): "Ha berarti saya kan lebih pinter nawar harga tho? Ha wong dengan uang yang sama, sampeyan cuman dapat hape sedang saya dapat motor je!!!" Hahahaha....
Namun temen saya itu gak menyusahkan saya kok. Karena kebanyakan kenalan saya malah pada menyambut "motor-bekas" baru saya itu dengan gembira... Banyak yang bilang: "Nah gitu biar makin rajin silaturahmi kesana-kemari..."
Menyambut Isra Mi'raj, saya jadi kelingan kisah nabi Muhammad yang berkendara buroq lho... Ah motor saya ini karena jeleknya saya mau kasih nama si buriq ah! Apa-apa memang kudu dikasih nama... (tanya bini saya!!)
Bulan depan semoga saya gak telat melunasi kekurangan uang pembelian motor ini. Ra nduwe duit ra sah isin... Sugih tanpa banda!!! (Gak punya uang gak usah malu... Kaya tanpa materi)
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 9:14 AM |
|
|
|
Ndobos nir huruf nomer siji! |
Mulutku sulit untuk diem meski sering disuruh. Mungkin kudu seperti itu. Toh mulut berfungsi untuk ngomong tho? Ngomong sengomong-ngomongnye meski bibir kudu monyong-monyong. Blogku ikut ngomong, bikin bengong ndoblong plus wudel bodong. Eh, wudelku sedikit bodong lho. Meski begitu gue tetep pede. Gue sering ndobos. Sedetik brenti ndobos, gue pegel-pegel. Kudu mijet bibir monyong gue.
Sering ndobos bikin gue butuh nutrisi lebih. Dikit-dikit gue ngemil. Tubuh gemuk belum gue pusingin, bini gue bingung tubuh gue nggelembung terus mirip kerupuk digoreng.
Gue kok pingin ngomong ke bini gue: "neng, tetep seneng tho di sisi gue???"
----------------------------------------------------------
Postingan ini memang gak ada artinya apa-apa, cuman menjawab tantangan ibu ini yang tantangannya ada di sini. Bukannya saya gampang panasan ditantang dikit langsung mbentang gendhewa lan ndudut keris siap perang namun kok tantangannya menarik lho. Mosok posting kok gak pake hurup "a".
Edan.
Bagaimana, jeng? memuaskan atau memuakkan karya saya ini?? Hehehe.... Tantangan selanjutnya, siapa ya??? Ah gak usah.... nanti nyuruh-nyuruh malah diangegep sok akrab... ha saya ini siapa? Saya cuman dikenal sedikit blogger kok... saya bukan selebloggies.... Hehehehehe...
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 8:13 AM |
|
|
Wednesday, August 02, 2006 |
Melik Ngendong Lali... |
Gringgingen betul saya mendengarkan cerita temen saya. Via telpon namun serasa sedang mendengar face-to-face. Cerita standar om-om setengah baya yang sudah berduit dan dendam dengan masa lalu yang mlarat dan menghabiskan masa mudanya dengan bekerja berat lalu ingin icip-icip kenikmatan duniawi meski kok terlihat telat.
Tentang uang yang hampir-hampir bisa membeli segalanya, baik kemewahan maupun kelembutan wanita. Teman saya ini (yang tidak berkeberatan saya jadikan bahan blog) bercerita tentang kisah hidupnya yang justru di masa dewasanya malah awut-awutan. Bagaimana tidak, anak-anak yang mulai mentas membina rumah tangga semua, cucu sudah hampir satu, dan posisi di karier yang mantap, ha kok malah kejeblos dengan yang namanya wedokan.
Perempuan atau yang dalam filsafat jawa-islami yang terkenal dengan sebutan ma-lima yaitu madon memang bukan godaan yang mudah ditepis bagi kaum laki-laki. Jujur, meski kita berbenteng kuat namun dengan tekanan sehari-hari yang makin menjemukan (hingga muncul istilah: SSDD atau same sh*t different day) dan iklan birahi yang bertebaran dimana-mana membuat laki-laki bener-bener kewalahan.
Saya bukan cuma bicara tentang selangkangan yang dibisniskan lho ya. Ada yang malah digratiskan atas nama cinta kasih yang tak bisa saling memiliki lantaran sudah sama-sama punya gandengan, atau dara muda yang baru melek dunia yang kagum dengan wibawa laki-laki matang yang pantas disebut sebagai bapaknya, atau cuman lantaran alah bisa karena biasa.
Terlepas benar atau tidaknya suatu tindakan itu terserah sampeyan, wong saya ini cuman mau cerita tentang teman saya tadi lho. Saya selain semi-tukang-ndobos juga semi-tukang-minjemin-kuping-buat-curhat. Maka cerita seperti ini kayak makanan sehari-hari buat saya.
Teman saya ini benar-benar malang, lantaran suka gonta-ganti maen perempuan yang usianya jauh dari dirinya, istrinya minta pegat alias cerai, dan anak-anaknya meninggalkan bapaknya. Sekarang nasib beliau sedang di ujung tanduk lantaran kariernya juga terancam hancur lantaran hobinya tadi.
Bukan, bukan akibat kehilangan keluarga atau karier yang paling ia sesalkan (menurut pengakuannya), saat ditanya apa yang paling ia sesalkan dia menjawab lirih:
"Saya ini rak menungso tho?? Dan perempuan-perempuan kanca mancal selimut saya itu juga menungso kan?"
Melik ngendong lali : Mendamba membawa alpa Kanca mancal selimut : teman dalam selimut Saya ini rak menungso tho : saya ini kan manusia tho
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 4:40 AM |
|
|
Tuesday, August 01, 2006 |
Saya bengong! |
Mosok saya mirip Che???
Apanya yang mirip? Secara fisik aja jauh, apalagi sifat lho? Ngarang kowe!!! Nggedebus...
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 11:10 PM |
|
|
|
Saya takut bila sendirian... |
Gugatan terbuka buat seseorang yang malah berusaha menggoyahkan saya!
Boleh lah bilang kalo saya agak-agak idealis, dan memang kita kudu ideal kok dalam hidup ini. (Nafas kan idealnya pake idung tho?? Halah). Terlahir sebagai individu gak ideal maka perjalanan ini mencoba modar-modaran menjadi mendekati ideal.
Apapun bakal dilakonin demi menuju idealisme. Kang mbilung misalnya, demi dapur ngebul dan sebagainya, prinsip mangan ora mangan asal ngumpul dia tinggalkan. Pengertian ngumpul di atas lebih sebagai ungkapan bersatu dalam suatu tempat dalam satu waktu, bukan yang berarti rukun atau guyub.
Juga saya, sejak jaman kuliah bergaul dengan banyak orang tak membuat saya lantas berusaha memanfaatkan pergaulan saya untuk sesuatu yang sebaiknya dibiarkan saja. Kepergian saya ke ternate contohnya, banyak yang nyeletuk: "kenapa gak minta tolong sama si anu biar kamu gak terlalu jauh dari jawa??"
Beberapa orang yang bilang begitu bahkan selalu membungkus lidahnya dengan kalimat kejujuran yang menyala. Bayangkan, seseorang yang teriak anti KKN mengucapkan kalimat tersebut pada saya... Saya jadi mikir, jangan-jangan selama ini saya (dan banyak orang lainnya) ndak ngerti apa yang diteriakkan...
Mungkin dia ngerti singkatan KKN namun gak ngerti maknanya.... Atau jangan-jangan ada pola pikir KKN itu jahat, keji, haram kecuali untuk alasan tertentu demi kemaslahatan pribadi dan lingkungan... Haiyah!!
Belum lagi masalah duit. Coba mbok sampeyan duduhi uang pada teman-teman saya, kalo toh ada yang nolak pemberian uang, paling banter mereka nolaknya klecam-klecem garuk-garuk kepala yang tak gatel dan ber dehem gak jelas...dengan nada lirih pula...
"Mmmmm... Anu... Ndak usah deh pak, kayaknya... mmm... gak ada biaya administrasi sih sebenernya.... Tapi... hehehehehe... anuuuuu" Lalu suaranya menghilang dan memang tidak dimaksudkan untuk diselesaikan.
Apa saya ini kaya?? Mbok tanya orang-orang, saya ini ngantor masih pake baju yang saya pakai jaman kuliah dulu. Dompet yang apek itu isinya cuma angin, ada sih beberapa ribu ning ya cuma sekedar buat makan sehari-hari. Makan sehari dua kali, kemana-mana outfitnya cuma kaus oblong dan celana pendek setangah tiang dan sendal. Jalan kesana-kemari di ternate yang panas. Dan saya juga pingin kaya lho. Tapi saya malu sama keluarga saya kalo-kalo sampai ngelakuin cara yang gak diperbolehkan demi mencapai klangenan saya...
Ini gugatan!! Ini gundah gulana saya selama ini!! Jangan sampeyan kira yang korupsi itu cuma petugas pajak. Kalo boleh ngawur, pengertian korupsi menurut saya itu adalah suatu penyalahgunaan barang atau hal lainnya yang seharusnya diperuntukkan untuk kepentingan negara namun tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Gawat tho? Pengertian di atas berarti memasukkan kegiatan buang sampah sembarangan setelah disediakan tempat sampah sebagai tindakan korupsi. Saya percaya sesuatu yang besar berasal dari hal yang kecil, sebagaimana saya berasal dari sel yang membelah-belah terus...
Ibu saya seorang guru, beliau cerita kalo korupsinya guru (selain waktu) ya ngambil buku dari penerbit yang ngasih bonus paling banyak... Lalu kalo buku itu gak lengkap sang guru menyuruh agar beli buku pendamping juga. Karena katanya, jangan puas dengan satu buku, buku itu ciptaan manusia, banyak kekurangannya... bla.. bla.. bla.. adol abab kabeh!
Saya dulu juga tukang kutuk sana-sini. Hal-hal yang saya kira gak sesuai dengan peraturan langsung saya teriakin. Sekarang saya malas teriak. Semakin saya teriak semakin saya mikir, saya gak tau apa masalah orang lain sehingga saya harus ngutuk mereka.
Misalnya, saya dikutuk sampeyan dibilang tidak membela kepentingan negara dalam satu hal, lalu saya denger suara sember sampeyan. Saya berusaha memperbaikinya, namun saya kebentur berbagai hal yang sering disebut birokrasi. Sampeyan tahu birokrasi?? Birokrasi itu ibarat lapisan bawang merah. Bayangin... birokrasi yang salah bisa saja disokong oleh birokrasi yang benar... padahal birokrasi yang benar tadi itu didukung oleh birokrasi yang salah dan begitu seterusnya.
Apapun yang saya lakukan dengan berbagai kesulitannya toh sampeyan gak liat tho? Sampeyan ndak salah juga kalo gak brenti maki-maki saya karena semenjak dimaki kok ndak ada perubahan juga. Duh enaknya jadi orang yang gak tahu...
Saya marah! Tapi gak ada artinya!!! Sampeyan yang banyak ilmu (ngakunya) mbok gak usah nuding-nuding saya yang macem-macem... Ngadu ilmu kok cuman mau nambahin track record jadi juara debat cap tiga duren lho. Mbok sampeyan debat saya seribu kali gak bakal ngerubah apapun kalo menurut cita-cita sampeyan yang mau merubah indonesia.
Saya bukan bangsa Indonesia! Saya cuman sendirian... kenapa sampeyan cuman ngutik-utik saya padahal saya ini sejalan dengan sampeyan??? Banyak rekan-rekan kerja saya yang meski kerja di lingkungan yang uangnya mbanyu mili (uang bagaikan air di sungai) namun berusaha tetep istiqomah dalam bekerja lho...
Ibaratnya mereka itu kayak lilin di kerajaan kegelapan dan sampeyan itu ledakan bom atom di kerajaan terang benderang. Seterang apapun cahaya yang sampeyan punya gak bakal ngalahkan kerajaan kegelapan selama sampeyan masih di luar kerajaan itu! Biarlah saya bercita-cita jadi lilin saja, yang panasnya gak begitu menyengat namun minimal bisa ngasih arah dalam gelap...
Biar saja saja bercita-cita, kawan, kita sejalan kawan....
Dan meski kau mencaciku, sungguh aku gembira, dengan adanya dirimu, aku tenang karena minimal aku tak sendiri. Ada engkau di seberang jalan sana, meski beda...kita searah!
baca selengkapnya..
|
ditulis oleh
bangpay
@ 11:10 PM |
|
|
|
|