Wah gara-gara saya liburan ke gorontalo kemarin saya jadi telat menulis tentang dirgahayu republik mbladus ning mbetahi ini. Bangsa Endonesia memang seajaib-ajaibnya bangsa lho, sodara-sodara! Bagaimana tidak? Berprinsip Bhinneka Tunggal Ika tapi ndak rukun, bersatu apalagi! Ngaku bertuhan tapi bikin setan geleng-geleng... Ndak usah nyuruh saya nyebutin tingkah polah bangsa ini yang nggegirisi tho? Bangsa ini ijo royo-royo toto tentrem kerto raharjo, tapi beras kok mahal bahkan sampai kudu impor lho. Mungkin perlu dipertimbangkan lagi bahwa makna negara agraris adalah negara tanpa teknik agricultural yang jelas. Bangsa ini bangsa yang santun, tapi hujat menghujat, olok mengolok, cela mencela menjadi hiburan menarik lewat layar kaca berbungkus infotainment. Ndak kurang akal, istilah selebritis juga melebar lagi sampai pada orang-orang yang sebetulnya gak penting banget namanya nongol di acaranya gosip dan menjadi tenar. Contoh: supirnya si anu, tetangganya si ini, mantan temennya si dia, temen mantan sodaranya si kakak dari artis yang temannya kena masalah ini itu... Wah!!!! Bangsa yang menempatkan kyai-kyai sebagai soko guru ilmu terutama ilmu ketuhanan namun saat mereka bertitah bangsa ini malah belagak budek. Jangan melulu salahkan masyarakat, intinya semua bisa saja salah tho??? Bangsa yang roda hidupnya sebagian besar cuman dari pajak, bukannya dari hasil produksi ini dan itu atau ekspor ini dan itu. Artinya negara ini masih negara bayi karena hidupnya masih dari upeti! Namun di ujung timur sana petugas pajaknya ada yang cuman mampu beli motor tua seharga dua juta lima ratus ribu... nyicil pula mbayarnya!!! dituduh korupsi pula!!! (Sebelum sambatan saya dalam berkeluh kesah hal-hal yang pribadi, mending kita beralih ke hal-hal yang positif saja) Namun... (nah siap-siap hati keroso mak sengkring!!) Di pelosok sana ada anak kecil yang saat ditanyain cita-cita mereka, mereka dengan mantap menjawab ingin jadi tukang insinyur atau malah presiden!! Keinginan mereka bukan jadi pengganti F4 atau andy lau. Bangsa kita ini kan lebih banyak ndesonya dari pada kotanya tho? maka wajar kalo saya anggap bangsa saya ini bangsa ndeso. Jangan anggap cita-cita menjadi presiden atau tukang insinyur itu remeh, kalo remeh mana ada jutawan yang makin kaya dengan cara bikin kampus kayak mini market? Ada anak-anak yang sejak kecil terpaksa mbantu-mbantu kerja orang tuanya dengan iming-iming : "nanti ya nak kalo tabungannya cukup kamu sekolah lagi" lalu anak itu dengan trengginasnya kerja banting tulang meraka yang saya rasa masih sekeras tukang paha ayam yang bapak-bapak pejabat santap di suatu siang! Dan saat anak itu dewasa lalu menemukan dirinya telah telat untuk kembali ke sekolah, mereka sama sekali ndak dendam dengan orang tua mereka! Hal ini tentu saja karena sejak kecil dididik untuk mengerti kondisi. Nah, akhirnya saya sampai pada kata kondisi. Bangsa kita bangsa bayi. Bangsa kita belum baligh. Bangsa ini masih kucel. Bangsa ini masih mawut-mawut. Trus apa? Apa sampeyan cukup menghina-hina para aparat yang saudara nilai gak mampu mengurus sebuah negara? Lalu saat aparat itu balik nanya: "emang elo mampu?" Sampeyan cuman senyum klecam klecem dan balik mbentak: "Ha itu kan sudah kewajiban saudara sebagai aparat, saya ini rakyat, tugasnya menuntut!!!" Apa iya tugas rakyat menuntut? Menuntut keadilan lah... kebenaran lah... kembali pada hakikat bahwa sesungguhnya presiden adalah rakyat juga, maka presiden juga boleh ikut-ikutan nuntut? Mau jadi apa bangsa ini yang isinya orang-orang nuntut? Ntut-ntutan sih iya!!! 61 tahun itu udah renta buat manusia, namun belia bagi sebuah bangsa, apalagi selang waktu tersebut masih menyisakan sifat-sifat minder sebagai bangsa yang pernah dijajah. Ndak merasa? Ta' jitak ndas kepala saya sendiri kalo sampeyan ketemu bule sampeyan gak takjub!!! Tugasnya rakyat ya mbangun ndeso. Ndak usah mimpi indonesia jadi negara adi daya dulu. Anggaplah sebuah desa kecil dulu. Yang disana-sini kudu dibenahi kudu ditata. Pelan-pelan namun terarah... Nanti setelah menjadi desa yang mandiri dan kokoh baru bermimpi menjadi negara adi kuasa! Sumbangsih kita sekecil apapun itu, pasti ada nilainya buat ibu pertiwi. "Iyo opo ora, bu per?" Merdeka!!!!!!! Merdeka!!!!! Merdeka!!!! Mer... sik ah kae ono ledhek munyuk... nonton ah!!!
|
aah... makin dipikir soyo marai mumet...
* mendingan melu nonton ledhek munyuk... :P