"Saya sudah nggak ngerokok!"
Itu jawaban saya tiap kali ditawari atau dimintai rokok oleh orang lain. Ya memang saya tidak merokok kok semenjak ketemu bini saya. Selain karena merokok itu jelek, bini saya benci dan alergi terhadap asap rokok.
Kebudayaan kita saat ini adalah kita dianggap ramah, supel dan tidak sombong dengan gaya pergaulan yang dikit-dikit nawari rokok ke orang lain. Gak peduli yang ditawari yang ditawari itu seorang perokok atau bukan. Lalu saat org yang ditawari menolak atau ternyata bukan perokok sang perokok akan bilang: "Oh sorry!"
Begitu terus! Ha jeleknya di sini adalah semua perokok tidak akan bisa toleransi dengan yang non perokok dan menganggap gak ada yang keberatan dengan asap rokoknya sepanjang belum ada statement resmi dari orang lain tersebut. Perokok menganggap semua orang perokok selama belum ada pernyataan langsung!!
Ada yang nantang saya dengan pertanyaan: "lebih banyak mana, perokok dengan non perokok?". daripada harus searching lewat google, maka saya bodo-bodoan dengan menjawab:
"Konon jumlah laki-laki lebih sedikit dari perempuan, konon juga perempuan jumlahnya mencapai 3:1 dengan jumlah laki-laki. Lha perokok lebih banyak berasal dari kaum laki-laki, maka menurutku perokok itu jumlahnya lebih sedikit dari non-perokok!!!"
Untung teman saya mau menerima jawaban bodoh saya tadi.
Nah, di hari tanpa tembakau se-dunia kali ini, saya gak akan ngajak sampeyan semua membaca artikel tentang kejelekan rokok, karena sampeyan semua toh sudah tahu. saya juga tidak akan seperti saudara esge yang bikin aksi menentang perokok atau seperti Bung Priyadi yang melakukan call for action. Saya cuma mengajak para perokok untuk mau tepa slira dan toleran kepada para non-perokok (terutama bini saya)
NB: gambar rokok tersebut saya ambil dari blognya pakde!
|
satu-satunya kejelekan merokok yaitu bikin baju pada bolong karena percikannya ... heheh