No hard feeling ya buat pecinta sepak bola, saya cuma mau bercerita bahwa semua lini hampir-hampir terpengaruh atau teradiksi oleh world cup. Piala dunia 2006 kali ini benar-benar menunjukkan pada saya tentang yang namanya fanatisme.
Fanatisme sepak bola, piala dunia dalam kasus ini, benar-benar terlihat di ternate tempat saya bekerja. Di semua tembok yang dijinkan untuk dilukis maka akan penuh terisi dengan bendera peserta piala dunia. Kalo ditanya dapat darimana uang yang mereka pakai buat beli cat dan kuas, jawabannya adalah secara swadaya dan swakarsa.
Misalnya teman saya, di lingkungannya terdapat tembok nganggur yang bisa dipakai nggambar, lha orang-orang sekitar tembok situ akan ditawari door to door untuk memasang bendera negara peserta piala dunia yang mereka dukung. Cukup dengan menyumbang sepuluh ribu rupiah maka dijamin bendera yang dipilih akan digambar oleh sang pemrakarsa.
Ndak cuma kaus dan grafitti saja. Di dekat rumah saya malah ada rumah yang jadi mirip gedung yang dipakai konferensi PBB saja lho. Wong rumah kecil kok di sekelilingnya ada tiang bendera seluruh negara peserta piala dunia. Setelah keliling kota ternate, saya lebih takjub lagi. Ada yang satu kampung masang argentina semua, tapi banyak juga yang bervariasi. (nanti saya kasih foto-fotonya, insya allah)
Suatu malam menjelang pagi saya kaget sekali dengan suara bising di jalan raya dekat rumah saya. Rupanya ada iring-iringan motor pendukung salah satu tim yang baru menang bertanding mengadakan pawai. Ya, tim-tim favorit biasanya mempuanyai jumlah massa yang banyak sehingga tiap kali habis bertanding mereka mengadakan pawai keliling kota dengan mobil dan sepeda motor. Ternate... ternate... jan!!
Nah, tadi malam setelah lembur semalaman, menjelang pukul setengah dua pagi saya berjalan pulang menuju rumah. Jarak antara kantor dan rumah saya kira-kira tiga ratus meteran. Sebagai walking taxman menghadapi jam segitu tentu merupakan hil yang mustahal untuk mendapatkan ojek apalagi musim bola. Sekali lagi saya merasa terasing karena tidak terbius hingar bingar piala dunia. Makanya saya lembur sendirian karena ada titah: "kamu lembur aja ya, kamu kan ndak suka nonton bola..."
Nah, saat berjalan pulang saya diikuti oleh dua orang lelaki. Saya sudah curiga sejak awal karena salah satu dari mereka berjalan terhuyung huyung tanda sedang mabuk. Ternyata benar, mereka meminta uang pada saya. Mampus, di dompet saya ada uang sejuta lebih yang merupakan sisa uang tunjangan saya bulan ini.
Saya perhatikan wajah mereka berdua dengan harapan saat nanti lapor polisi setelah dirampok bisa mengenali mereka lagi kalo diminta untuk identifikasi. Baju mereka sama-sama kostum tim italia. Reflek saya bicara: "italia menang? kita tara sempat ba uni bola kong kita ada kerja..." (italia menang? saya gak sempat nonton bola karena saya ada kerja)
Lalu tiba-tiba cuaca berubah 180 derajat!!!!
"Iyo... cee... ngana ini itali menang 2-0 dari ceko. Pertandingan seru sekali, ngana dukung itali juga? Sama deng torang!!! Mo pi mana? sudah kita antar sampe rumah jang sampe ada yang jaha pa ngana..."
terjemah: Iya!! Ah, kamu ini, italia menang 2-0 dari ceko. pertandingan seru sekali. kamu ndukung itali juga? sama dengan kita! mau pergi kemana? mari saya antar ke rumah jangan sampe ada yang berbuat jahat ke kamu.
Dengan seulas senyum saya jawab: "Tra usah sudah! Tape rumah so dekat... makase om!"
terjemah: Gak usah! Rumah saya sudah dekat, terima kasih om!
Sampa rumah saya terbahak-bahak karena saya sama sekali gak tahu kalo malam itu itali bertanding. Hahahahahaha.... Saya juga gak tahu kalo ceko kalah... Oalah...
|
mendhem ketemu gemblung .... aman itu.