Sabtu lalu, saya bersama teman-teman saya pergi ke telaga nita. Telaga nita merupakan salah satu tempat wisata yang cukup dikenal namun letaknya sulit dicapai karena sarana transportasi yang tidak memadai.
Pukul 12:00 kami berangkat dengan menyewa 3 mobil angkot, setelah sampai pelabuhan kecil kami melanjutkan perjalanan selama sepuluh menit menggunakan perahu kecil. Tak ada transportasi lain selain kapal, kecuali anda mau bersusah payah menerobos hutan yang berbatu-batu selama dua jam lebih karena dulunya merupakan jalur perlintasan lahar gunung gamalama.
Sesampainya disana, teman-teman saya yang kebanyakan orang-orang asli maluku langsung berenang, sedang saya dan beberapa teman lainnya berjalan-jalan di pinggir pantai dan membuat foto-foto aneh. Lingkungan telaga nita masih sangat alami, disana kami hanya menjumpai satu buat gubug yang sengaja dibangun sebagai tempat berteduh. Telaga nita sendiri merupakan sebuah telaga yang hanya berjarak beberapa meter saja dari bibir pantai namun bukan berasal dari laut karena airnya tawar. Anak-anak langsung berenang sesampainya ke telaga nita bagian atas yang diperbolehkan berenang disana. Jalanan menuju telaga nita sangat berbatu dan sulit dijangkau. Saya tentu saja ngos-ngosan untuk menuju ke sana.
Lihat foto-foto ini: 1, 2, 3, dan 4. (klik kanan lalu klik "open in a new page" aja) Pukul setengah enam sore, sesuai kesepakatan, meski hujan turun dengan derasnya, perahu yang membawa kami pulang ke pelabuhan telah datang, beberapa lama setelah kami sampai ke pelabuhan, angkot yang kami carter pun telah tiba dan kami beranjak pulang.
|
Tetirah pasca digebuk ini judulnya.