Saya melangkah gontai keluar dari ATM, saya berpikir kok tabungan saya gak nambah-nambah ya? Malah makin susut dari hari ke hari. Sebagai pegawai abangan, gaji saya masih dibayar pusat namun tunjangan saya dibayarkan di daerah saya bertugas. Nah ATM yang baru saya cek ini adalah tabungan saya yang isinya transferan gaji dari pusat thok!
Bayangkan, pegawai pajak kok tabungannya jumlah digit saldonya gak sampai 7 digit lho... artinya kalo duit itu endol (baca: nol) nya kurang dari enam yang artinya uang saya gak sampai ke angka "juta". Padahal biaya hidup pribadi saya sebulan dipulau yang timun harganya Rp 1.500/ buah ini tak sampai 600 ribu lho. Kemana uang-uang saya?? Ha jelas tho banyak pengeluaran tak terduga dan tak terhindarkan. Banyak ini itu yang harus dibayar tho???
Sampai di kantor saya masih ngungun dan heran, lalu harus makan darimana jika di tengah bulan begini kehabisan uang?
Pagi hari perut saya ganjal dengan kopi dan roti yang saya colong dari seksi yang banyak ibu-ibunya. Makan siang untung ada yang ngajak makan bersama di rumahnya memperingati wisuda anaknya. Ha saya makan bak iblis kesetanan lho...
Piring saya bener-bener penuh. Ibu-ibu sebelah saya bener-bener enek melihat gaya saya makan. Wajarlah kalo badan saya makin subur dengan gaya seperti ini. Saya tengok sang ibu tadi tak menghabiskan makanannya. Saya cuek bebek dan me-licin-tandas-kan piring saya.
Setelah glegeken bin sendawa beberapa kali, ibu-ibu tadi ngajak ngobrol. Dan kalimatnya membuat saya kaget.
"Mas, kiapa ngana makang depe sayur kentang?? Itu kan so basi.. Depe kentang saja so lengket dan berair..."
(mas, kenapa kamu makan sayur kentangnya?? itu kan sudah basi... kentangnya saja sudah lengket dan berair)
Saya terdiam saja karena saya begitu banyak memakan kentangnya, dan saya gak merasakan sesuatu yang janggal dengan kentang itu. (saya mulai meragukan kewaskitaan lidah saya sendiri). Selepas itu ternyata banyak yang berpendapat sama tentang sayur kentang tadi. Makin pucatlah saya.
Setengah empat sore (kira-kira) saya bolak-balik mondar-mandir ke toilet akibat sakit perut. Sampai jam kantor usai saya amsih berjuang di dalam toilet. Nah kebetulan toiletnya adalah toilet duduk. Sebagai orang udik yang tak terbiasa duduk sambil buang hajat, dan atas nama higienisme dan kebersihan bibir toilet umum, maka saya memilih untuk buang air besar sambil jongkok di atas bibir toilet. Cealakanya saat turun dari toilet saya sempat terjatuh kepleset... Jan... kamar mandi jadi rame dg suara benda-benda jatuh berserakan...
Habis itu saya makan malam di tukang coto. Whe.... jebul kenalan-kenalan saya pada ngumpul dan ndilalahnya kok mereka membayar utang mereka ke saya. Yang tukang martabak, tukang nasi goreng, tukang nasi padang...
Saya saja lupa punya piutang pada mereka lho.... empat orang itu ada yang berhutang seratus ribu rupiah bahkan ada yang ngaku utang sejuta sama saya dan melunasinya saat itu juga.... Alhamdulillah...
Sekarang, meski gaji ke 13 saya masih macet di pusat, saya masih bisa tersenyum....
|
alhamdulillah...besok aku diutangi yo bang:p
semoga bininya cepet sembuh, jangan2 gara mikirin timun 1 Rp.1500 tuh bang...ediaaan tenan :D